Kontribusi Ekonomi Subtitusi LPG dengan DME Capai Rp50 T
PT Bukit Asam (Persero) Tbk mengkalkulasi kontribusi ekonomi dari kebijakan subtitusi bahan bakar gas (liquefied petroleum gas/LPG) dengan dimethyl ether (DME) bisa mencapai Rp50 triliun bagi perekonomian Indonesia. Nilainya setara 0,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional.
"Ini kami kalkulasi, kisarannya Rp50 triliun sendiri hasil create value-nya untuk tambah PDB," ucap Direktur Utama Bukit Asam Suryo Eko Hadianto saat rapat bersama Komisi VII DPR, Senin (27/9).
Suryo menjelaskan perhitungan ini berasal dari kebutuhan LPG impor sebanyak 1 juta ton setara dengan 1,4 juta ton DME. Untuk memproduksi 1,4 juta ton DME, maka dibutuhkan aliran investasi sekitar US$2,1 miliar atau setara Rp31 triliun.
Selain dari investasi, kontribusi ekonomi juga akan berasal dari peningkatan ekspor, pengurangan impor LPG, hingga kenaikan skala produksi DME dan penyerapan tenaga kerja. Total kalkulasinya mencapai Rp50 triliun.
"Ini belum manfaat lain dari multiplier effect ke industri lain, jadi sekitar 0,3 persen dari PDB. Bayangkan kalau kita bisa menaikkan PDB 0,3 persen saja untuk nasional, ini lumayan besar, bukan kecil," katanya.
Di sisi lain, Suryo mengatakan isu subtitusi LPG ke DME memang sempat memicu kekhawatiran akan menekan pelaku UMKM. Pasalnya, mereka ada di rantai pasokan impor LPG di tingkat hiir.
Namun, ia justru menampik kekhawatiran ini. Sebab, menurutnya, pelaku UMKM tetap bisa mengambil peran di rantai pasok DME ke depan.
"Mereka tidak terganggu sama sekali karena pola distribusi tetap ada, justru masyarakat dan UMKM yang akan jalankan, hanya ganti isi tabung dari yang tadinya LPG menjadi DME. Jadi tidak terganggu sama sekali," tekannya.
Menurutnya, bila ada pihak yang terganggu dengan subtitusi LPG ke DME, mereka adalah para pengimpor LPG. Pasalnya, impor mereka akan turun dari waktu ke waktu.
"Yang kemungkinan terganggu justru importir LPG, kami terus terang saja," pungkasnya.
Seperti diketahui, BUMN tambang itu tengah mengebut proyek hilirisasi batu bara untuk menyulap komoditas tersebut menjadi DME. Tujuannya, agar bisa menjadi subtitusi LPG yang selama ini diimpor Indonesia.