Menteri BUMN Erick Thohir menduga ada praktik korupsi di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk karena utang perusahaan mencapai US$2 miliar, di mana US$850 juta di antaranya merupakan utang untuk proyek investasi yang mangkrak. Proyek tersebut adalah blast furnace atau peleburan bijih besi.
"Krakatau Steel, punya utang US$2 miliar. Salah satunya investasi US$850 juta dari proyek blast furnace yang hari ini mangkrak. Pasti ada indikasi korupsi," ujar Erick di Talkshow Bangkit Bareng, Selasa (28/9).
Kendati begitu, Erick tidak menjelaskan lebih lanjut apa saja indikasi lain yang membuatnya yakin ada korupsi di Krakatau Steel. Begitu juga dengan progres proyek maupun posisi utang yang dimaksud.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara menurut penelusuran CNNIndonesia.com, BUMN ahli baja itu sejatinya memang memiliki utang dalam lima tahun terakhir. Bahkan, utangnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada 2017 misalnya, berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, tercatat utang perusahaan pelat merah itu mencapai US$2,26 miliar. Lalu meningkat menjadi US$2,75 miliar pada 2018 dan US$2,93 miliar pada 2019.
Utang kemudian naik lagi menjadi US$3,03 miliar pada 2020 dan terakhir tembus US$3,18 miliar per Juni 2021. Nilai utang terakhir setara dengan Rp45,37 triliun (kurs Rp14.270 per dolar AS).
Secara lebih rinci, utang ini berasal dari utang jangka pendek dan jangka panjang. Namun yang menarik, dominasi utang perusahaan semula banyak di utang jangka pendek, tapi dalam dua tahun terakhir berbalik jadi utang jangka panjang.
Tercatat, utang jangka pendek emiten berkode KRAS itu sebesar US$1,36 miliar pada 2017. Lalu tumbuh menjadi US$1,78 miliar pada 2018 dan US$2,49 miliar pada 2019.
Tapi kemudian turun menjadi US$827,4 juta pada 2020 dan naik lagi menjadi US$948,55 juta per Juni 2021. Jumlah utang jangka pendek perusahaan terakhir setara Rp13,53 triliun.
Sementara catatan utang jangka panjang perusahaan sebesar US$899,67 juta pada 2017. Kemudian, naik menjadi US$975,28 juta pada 2018, tapi sempat hampir separuh menjadi US$437,28 juta pada 2019.
Namun, dalam dua tahun terakhir, utang jangka panjang membengkak jadi US$2,21 miliar pada 2020 dan US$2,23 miliar per Juni 2021. Total utang jangka panjang terakhir setara Rp31,82 triliun.