Penyebab Inggris Krisis BBM: Brexit hingga Panic Buying

CNN Indonesia
Rabu, 29 Sep 2021 14:17 WIB
Inggris tengah mengalami krisis bahan bakar minyak (BBM) dalam beberapa hari terakhir.
Inggris tengah mengalami krisis bahan bakar minyak (BBM) dalam beberapa hari terakhir.(AFP/BEN STANSALL).
Jakarta, CNN Indonesia --

Inggris tengah mengalami krisis bahan bakar minyak (BBM) dalam beberapa hari terakhir. Penyebabnya berasal dari kebijakan hengkangnya Inggris dari Uni Eropa atau dikenal dengan Britania Exit (Brexit) hingga aksi panik beli (panic buying) oleh masyarakat.

Melansir CNN Business, melalui Brexit, Inggris membatasi diri dari berbagai kesepakatan yang semula terjalin dengan sesama negara Uni Eropa. Salah satunya kebijakan imigrasi dan izin kerja bagi pekerja asal negara-negara sekitar.

Hal ini selanjutnya membuat perusahaan setempat lebih sulit untuk merekrut pekerja dari luar Inggris. Bila bisa pun, mereka harus membayar lebih mahal dari sebelumnya ketika kebijakan Brexit belum diterapkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampaknya, kebijakan ini membuat Inggris kekurangan pekerja, termasuk supir truk untuk mengangkut BBM dari produsen ke sejumlah jaringan pemasaran di SPBU. Akibatnya, distribusi BBM menjadi terhambat dan menimbulkan kekurangan bahkan kekosongan stok di SPBU.

"Pada akhirnya, pemerintah membuat keputusan politik untuk membuat imigrasi berketerampilan rendah menjadi lebih sulit. Kekurangan tenaga kerja mungkin tidak terlalu parah jika Inggris mempertahankan pergerakan bebas orang pasca-Brexit," ungkap Peneliti Senior Institute for Government Joe Marshall, Rabu (29/9).

Bahkan tak hanya mengurangi jumlah supir truk, tapi juga pekerja di sektor bisnis lain, misalnya pekerja restoran, bar, supermarket, perawatan sosial, dan lainnya. Beberapa di antaranya sampai harus tutup sementara waktu karena kekurangan pekerja.

Tak cuma itu, industri peternakan dan pengolahan makanan pun terpaksa mengurangi kapasitas produksi mereka. Sebuah survei Grant Thornton memperkirakan jumlah lowongan pekerjaan di industri akan meningkat menjadi lebih dari 500 ribu karena Brexit telah membuat para pekerja asing yang sebelumnya bekerja di Inggris jadi harus keluar dan kembali ke negara asal mereka.

"Krisis tenaga kerja adalah masalah Brexit, dan salah satu yang telah dilaporkan secara luas di seluruh sektor makanan dan minuman," ujar Kepala Eksekutif British Poultry Council Richard Griffiths.

Kondisi ini membuat distribusi jadi terkendala. Saat pasokan tersendat, maka dampak lanjutannya adalah inflasi alias kenaikan harga di BBM maupun bahan makanan. Hal ini selanjutnya menimbulkan panic buying di masyarakat, sehingga kelangkaan pun meningkat, termasuk BBM di SPBU.

Sementara stok produk di berbagai jaringan ritel telah menyusut drastis. Data Adimo, sebuah platform teknologi belanja mencatat stok produk di supermarket habis mencapai level yang sama pada Maret 2020 ketika masyarakat juga melakukan panic buying karena khawatir dengan pandemi covid-19.

Proyeksi Adimo, kekurangan stok khususnya pada bahan makanan seperti daging, susu, dan alkohol akan lebih buruk dari kondisi puncak pandemi pada tahun lalu. "Kurangnya pilihan dan meningkatnya biaya rantai pasokan akan mempengaruhi harga yang harus dibayar pelanggan," tutur CEO Adimo Richard Kelly.

Atas kondisi ini, Pemerintah Inggris pun mengeluarkan beberapa kebijakan penawar. Mulai dari mengeluarkan visa sementara bagi 10.500 pengemudi truk asing dan pekerja industri unggas. Namun, menurut Presiden Kamar Dagang Inggris Ruby McGregor-Smith, kebijakan ini hanya berjangka pendek dan tidak cukup untuk menyelesaikan masalah ke depan.

Ia pun menyayangkan kondisi krisis ini karena pemerintah sebelumnya tidak benar-benar menyiapkan antisipasi usai Brexit. "Transisi yang terkelola dengan rencana yang disepakati antara pemerintah dan pebisnis seharusnya sudah ada sejak awal (usai Brexit)," kata McGregor-Smith.

[Gambas:Video CNN]



(uli/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER