Alasan RI Tak Perlu Khawatir Efek Gagal Bayar Evergrande

CNN Indonesia
Kamis, 07 Okt 2021 19:33 WIB
Investor pasar keuangan di Indonesia dinilai tidak perlu khawatir dengan dampak dari kasus gagal bayar utang raksasa properti China Evergrande.(AFP/ISAAC LAWRENCE).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Schroder Investment Management Indonesia menilai investor pasar keuangan di Indonesia tidak perlu khawatir dengan dampak dari kasus gagal bayar utang raksasa properti China Evergrande. Alasannya, ada pertimbangan secara global maupun domestik.

Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael T. Tjoajadi mengatakan dirinya tak menampik bahwa kasus gagal bayar China Evergrande pasti memberi dampak ke pasar keuangan negeri tirai bambu dan global, termasuk Indonesia. Apalagi, pasar properti di China berkontribusi sekitar 25 persen dari total produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.

"Jadi ada efeknya tapi tidak besar ke Indonesia," ujar Michael di acara Indonesia Knowledge Forum (IKF) IX 2021, Kamis (7/10).

Kendati begitu, menurutnya, dampak ini tidak perlu dikhawatirkan karena pemerintah China maupun bank sentral akan meredam kasus tersebut. Namun, ia belum benar-benar bisa memastikan seperti apa mekanisme penyelesaian kasusnya.

"Tidak perlu khawatir karena Evergrande akan di-bail out oleh pemerintahnya atau di hand over kepada company lain atau konglomerat lain, ini yang kita yakin," katanya.

Di sisi lain, dari dalam negeri, menurutnya, investor pasar keuangan tanah air juga tak perlu khawatir dengan dampak kasus Evergrande karena Indonesia punya fundamental yang kuat.

Misalnya, posisi cadangan devisa Indonesia berada di kisaran US$146,9 miliar per September 2021. Jumlahnya naik 1,45 persen dari bulan sebelumnya. Kemudian, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) berada di bawah 1,5 persen dari PDB.

Lalu, tingkat suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) yang positif. Sementara negara-negara lain ada yang masih negatif.

"Selain itu kita juga optimis bahwa pertumbuhan ekonomi akan naik signifikan di 2021 dan itu seharusnya disikapi dengan mulai investasi di saham," katanya.

Dengan berbagai kondisi ini, sambungnya, Indonesia pun seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan dampak kebijakan pengurangan likuiditas (tapering) dari bank sentral AS, The Federal Reserve.

"Kita juga tidak perlu khawatir adanya tapering off, Indonesia sudah di posisi yang lebih baik," pungkasnya.



(uli/age)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK