Indonesia Pamerkan Rotan Hingga Kemenyan di Expo Dubai

Royalindo Expoduta | CNN Indonesia
Senin, 11 Okt 2021 18:07 WIB
Di minggu kedua Expo 2020 Dubai, pada 8-14 Oktober 2021, potensi yang ditampilkan pada Paviliun Indonesia adalah potensi bisnis hasil hutan Indonesia. (Dok. Royalindo Expoduta)
Jakarta, CNN Indonesia --

Paviliun Indonesia yang telah dibuka selama 10 hari di Expo 2020 Dubai dikunjungi lebih dari 32 ribu orang dan diisi berbagai tema mingguan oleh Lembaga Pemerintahan terkait.

Di minggu kedua, pada 8-14 Oktober 2021, potensi yang ditampilkan pada Paviliun Indonesia adalah potensi bisnis hasil hutan Indonesia dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

"Keikutsertaan KLHK pada Expo 2020 Dubai adalah untuk menunjukkan pada dunia tentang prestasi dan kemajuan Indonesia di bidang industri, teknologi, lingkungan hidup dan kehutanan. Hal ini dapat dilihat dari hasil hutan bukan kayu, hasil hutan kayu olahan, hingga produk yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar hutan," ujar Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong.

"Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif dibandingkan negara lain dalam hal produktivitas bahan baku dan hal ini dapat menjadi potensi ekspor yang luar biasa."

Sementara Agus Justianto, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari KLHK, menyatakan Expo 2020 Dubai juga bisa jadi ajang membuka peluang investasi pada sektor kehutanan.

"Perhelatan Expo 2020 Dubai juga merupakan ajang yang tepat untuk lebih jauh memperkenalkan Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian (SVLK), yang merupakan upaya pemerintah dalam mendukung pertumbuhan produk kehutanan yang legal dan lestari," kata Agus. 

SVLK merupakan wujud komitmen pemerintah Indonesia untuk mengedepankan aspek sosial dan ekologi dalam proses pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Implementasi SVLK memberikan manfaat antara lain kepercayaan pasar yang lebih baik, akses pasar terutama ke pasar internasional, menekan laju kerusakan hutan, mendukung perbaikan tata kelola dan jaminan bagi mitra dagang atas bukti dan keterlacakan bahan baku dari sumber legal dan lestari.

SVLK telah berhasil menaikkan nilai ekspor produk kayu sebesar 91,7% sejak 2013 ke tahun 2019.

Hingga April 2021, kinerja ekspor industri hasil hutan naik 21,6 persen menjadi US$4,42 miliar atau Rp63,14 triliun. Bahkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dapat menjadi arus utama dalam pemanfaatan hutan di Indonesia sekaligus mendorong peningkatkan kesejahteraan masyarakat jika dikelola dengan baik.

KLHK Tampilkan Produk Hasil Hutan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membawa banyak produk yang mewakili Indonesia dari hasil hutan bukan kayu (HHBK). Di antaranya adalah komoditas rotan, kemenyan, hingga madu.

Saat ini industri fesyen sendiri tengah memiliki minat yang besar pada anyaman rotan, khususnya rotan Kalimantan.

Selain itu turut ditampilkan adalah parfum kemenyan. Meski selama berabad-abad, kemenyan selalu menjadi aroma untuk pembakaran dupa, kini kemenyan hadir sebagai parfum kelas dunia dengan aroma yang wangi dan lembut. Meski tidak mengandung alkohol, parfum kemenyan dapat tahan lama hingga 16-24 jam.

Sedangkan produk hasil kayu olahan yang dibawa adalah radio kayu tropis. Diproduksi dari pohon yang tumbuh di Indonesia, mulai dari pinus, mahoni, hingga sonokeling, ketiga pohon tersebut ternyata dapat menghasilkan resonansi suara yang sangat baik.

Di sisi lain, terdapat produk yang dapat mengatasi permasalahan sampah plastik yang telah menjadi masalah di seluruh dunia. Salah satu UMKM di Bangka Belitung menggunakan tanaman purun danau sebagai alternatif produk sedotan plastik. Sedotan purun danau merupakan sedotan sekali pakai yang tidak bisa dicuci seperti sedotan dari bambu. Meskipun sekali pakai, sedotan ini tidak akan mencemari lingkungan karena dapat hancur dan terurai dengan sendirinya, bahkan hanya cukup memakan waktu satu minggu untuk terurai dengan tanah.

Terakhir, produk masyarakat sekitar hutan yang turut ditampilkan adalah kacang kenari dari Pulau Makian, Maluku Utara.

Menjadi salah satu Produk HHBK, kacang kenari Makian disebut-sebut dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian negara di sektor kehutanan. Kacang kenari Makian ini memiliki kemiripan dengan kacang almond yang harganya cenderung mahal, dan kini telah menembus pasar global. 

Komoditas kopi juga turut andil dalam rolling exhibition, seperti halnya kopi liberika yang ditanam di lahan gambut. Jenis kopi ini dapat memberikan cita rasa yang unik, dengan aroma yang seperti buah nangka dan memiliki rasa asam yang kuat. 

(vws)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK