Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) terjun bebas ke Rp705 atau 17 persen lebih rendah dari harga penawaran perdana (IPO), Rp850 per saham.
Tercatat, BUKA melemah 5 hari secara berturut-turut dan secara akumulasi anjlok dalam 8 hari perdagangan hingga 13 Oktober 2021.
Hari ini, investor asing tercatat menjual Rp7,2 miliar kepemilikan di bursa dalam negeri, sedangkan sepekan terakhir masih tercatat pembelian bersih Rp154,6 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan, pelemahan BUKA sejalan dengan pelemahan sektor teknologi yang kemahalan (overvalued). Di saat perekonomian mulai bangkit seperti sekarang, ia menilai wajar bila investor putar arah ke sektor lain.
Ia menyebutkan saat ini investor beralih ke saham berkapitalisasi besar, seperti sektor perbankan, konstruksi, dan sektor energi yang didukung oleh kenaikan harga komoditas.
Dennie mengatakan momentum peralihan dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk melakukan aksi poles kinerja (window dressing).
"(Sektor teknologi) overvalued semua. Perekonomian mulai bangkit dan biasa akhir kuartal IV window dressing," katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (13/10).
Selain itu, ia menilai pelemahan wajar terjadi karena harga IPO BUKA memang kemahalan. "Di sisi lain kinerja perusahaan juga selama tiga tahun terakhir masih merugi jadi wajar jika turun," jelasnya.
Fluktuasi harga saham BUKA bukan pertama kalinya terjadi, sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juli lalu, naik turun sudah jadi 'bumbu pelengkap' pergerakan unicorn pertama yang IPO di bursa RI tersebut.
Pada Rabu (18/8) lalu, BUKA juga sempat turun ke level di bawah harga IPO yakni Rp830 per saham.