Pemerintah China berencana mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) fosil hingga di bawah 20 persen pada 2060 mendatang. Rencana ini tertuang dalam dokumen kabinet yang diterbitkan oleh media pemerintah setempat.
Tetapi, dalam dokumen tersebut tidak dirinci langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah China untuk dekarbonisasi atau upaya mengurangi emisi karbon. Walaupun, China sudah diminta untuk menyusun rencana mempercepat pengurangan emisi jelang pertemuan pemimpin dunia di Glasgow, Skotlandia, dalam forum COP26.
Yang pasti, China menyebut akan bertahap menghentikan konsumsi BBM fosil. Pada 2030, energi yang digunakan dari sumber bahan bakar nonfosil akan mencapai 25 persen. Kemudian, pada 2060, China menargetkan 80 persen dari total penggunaan energinya berasal dari bahan bakar nonfosil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Dikutip CNN Business, Selasa (26/10), China belum mengumumkan delegasinya ke forum tingkat tinggi diskusi iklim tersebut. Padahal, Presiden China Xi Jinping belum meninggalkan China sejak pandemi covid-19 merebak dan diperkirakan juga tidak akan menghadiri COP26.
Diperkirakan China tak akan menepati janji iklimnya, mengingat upaya China untuk memperkuat pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19, malah membangun lusinan pembangkit listrik batu bara.
Tidak hanya itu, China bahkan mempercepat proyek konstruksi yang bergantung pada BBM fosil demi meredakan krisis energi yang melanda.
Pekan lalu, misalnya, Pemerintah China memerintahkan agar pertambangan di wilayahnya segera memproduksi sebanyak-banyaknya batu bara setelah berminggu-minggu menghadapi krisis listrik di banyak provinsi.
Batu bara merupakan sumber energi utama China yang banyak digunakan untuk pembangkit listrik, pembuatan baja, dan lainnya. Tahun lalu, 60 persen dari penggunaan energi China mengalir ke sektor-sektor tersebut.
Padahal, saat ini pun, China menjadi pemimpin dunia dalam memproduksi energi baru terbarukan (EBT). Sayang, China masih harus meningkatkan kapasitasnya, seperti tenaga bayu dan matahari, untuk memenuhi target iklimnya.
Pun demikian, China berjanji EBT akan mencapai 25 persen dari kapasitas daya terpasangnya. Sedangkan, pembangkit berbasis tenaga angin dan matahari akan menyumbang 16,5 persen energi China pada 2025.
"China akan melakukan restrukturisasi industri yang mendalam, mempercepat pengembangan sistem energi yang bersih, rendah karbon, aman dan efisien, dan meningkatkan pembangunan sistem transportasi rendah karbon," tulis Pemerintah China lewat Xinhua.