Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) David Beasley menyatakan masalah kelaparan global dapat diatasi dengan sebagian kecil harta orang terkaya dunia, seperti Elon Musk dan Jeff Bezos.
"US$6 miliar untuk membantu 42 juta orang yang benar-benar akan mati jika kita tidak menjangkau mereka. Ini tidak rumit," ujar Beasley dalam wawancara CNN Connect the World, seperti dikutip dari CNN.com, Selasa (26/10).
Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip CNN, Musk memiliki harta hingga US$289 miliar. Artinya, hanya 2 persen dari total kekayaan pendiri Tesla itu dapat membantu mengentaskan masalah kelaparan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Institute for Policy Studies dan American for Tax Fairness mencatat, selama pandemi, total harta konglomerat AS meningkat dua kali lipat. Per Oktober, nilainya mencapai US$5,04 triliun.
Di sisi lain, sambung Besleay, hantaman krisis mulai dari perubahan iklim hingga pandemi membuat banyak negara di ambang krisis kelaparan.
Laporan WFP yang dirilis awal pekan ini mencatat setengah dari populasi Afghanistan, 22,8 juta orang, menghadapi krisis kelaparan akut.
Selain itu, pengangguran yang merajalela dan krisis likuiditas membuat negara itu tertatih-tatih di ambang krisis kemanusiaan.
Lihat Juga : |
Pekan lalu, serangkaian laporan baru dari Pemerintahan Joe Biden juga mengeluarkan peringatan keras bahwa efek perubahan iklim akan meluas dan akan menimbulkan masalah bagi setiap pemerintah.
Pemerintah AS untuk pertama kalinya juga mengakui hubungan antara perubahan iklim dan migrasi. Sebelumnya, WFP telah memperingatkan tentang potensi migrasi tersebut, khususnya di wilayah "Koridor Kering" di Amerika Tengah, seperti Guatemala, Honduras, El Salvador, dan Nikaragua.
"Kami memberi makan banyak orang di sana dan iklim berubah dengan badai dan banjir bandang; itu menghancurkan," jelasnya.
Lihat Juga : |
Di Ethiopia, WFP memperkirakan 5,2 juta orang sangat membutuhkan bantuan makanan di wilayah Tigray, di mana Perdana Menteri Abiy Ahmed memimpin serangan besar-besaran terhadap Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) sejak tahun lalu.
Konflik tersebut membuat ribuan warga sipil terbunuh, sementara lebih dari 2 juta orang mengungsi di Ethiopia.
Organisasi kemanusiaan seperti WFP berjuang untuk mendapatkan pasokan bagi mereka yang membutuhkan di wilayah tersebut. Namun, dana mereka terbatas.
"Kami kehabisan uang tunai, dalam hal membayar orang-orang kami. Kami kehabisan uang dan kami tidak bisa memasukkan truk (bantuan) kami," ujarnya.