Imbas Krisis Batu Bara, Pengembang Bersiap Hadapi Kenaikan Harga Semen

CNN Indonesia
Selasa, 02 Nov 2021 12:50 WIB
Para pengembang perumahan tengah bersiap menghadapi kenaikan harga semen di pasar dalam waktu dekat akibat tingginya harga batu bara di pasar.
Para pengembang perumahan tengah bersiap menghadapi kenaikan harga semen di pasar dalam waktu dekat akibat tingginya harga batu bara di pasar. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengungkapkan para pengembang perumahan tengah bersiap menghadapi kenaikan harga semen di pasar dalam waktu dekat. Hal ini merupakan imbas dari krisis batu bara yang tengah menimpa industri semen.

"Harga semen sebenarnya sementara ini belum naik, pasokan juga masih ada, tapi dalam waktu dekat akan. Perkiraan saya mulai November sudah akan naik harganya," ujar Paulus kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/11).

Paulus mengatakan sinyal kenaikan harga semen dalam waktu dekat ini didapatnya dari kondisi industri semen yang sudah mulai berkurang produksinya. Hal ini diduga karena kenaikan harga batu bara di pasar internasional yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data Kementerian ESDM, harga acuan batu bara terus meningkat dari April hingga Oktober 2021. Pada Maret 2021, harga acuan batu bara sempat turun ke kisaran US$84,47 per ton.

Namun, mulai April menanjak ke US$86,68 per ton. Harganya terus naik sampai menyentuh US$161,83 per ton pada Oktober 2021.

"Mereka mulai tidak mampu membeli (batu bara) sebagai bahan energinya," ucapnya.

Selain dari kenaikan harga batu bara, ia mengatakan sinyal kenaikan harga semen juga berasal dari peningkatan harga bahan bangunan yang lain.

"Sekarang ini saja harga besi juga sudah naik dari Rp6.500 menjadi Rp13 ribu per kilogram (kg), ini bahkan sudah naik enam bulan, jadi sebentar lagi (semen) juga naik," imbuhnya.

Kendati begitu, Paulus belum bisa memproyeksi berapa kira-kira kenaikan harga semen ke depan akibat meningkatnya harga batu bara. Di sisi lain, ia belum bisa memperkirakan dampak kenaikan harga semen terhadap sektor properti ke depan.

"Belum, belum tahu kira-kira akan naik berapa karena sekarang produksi semennya masih mencukupi, kalau naik belum tentu langsung kita beli juga," tuturnya.

Sebab, menurutnya, kebutuhan semen memang meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan rumah oleh pengembang pada tahun ini. Tapi, karena masih dalam situasi pemulihan dari pandemi covid-19, jadi peningkatan produksi masih berjalan perlahan.

"Sekarang kita sudah mulai meningkat, tapi mungkin meningkat lebih tinggi baru di 2022 kalau kondisi terus kondusif. kalau sekarang ini belum setinggi sebelum pandemi," jelasnya.

Sementara Paulus menyatakan saat ini realisasi pembangunan rumah sederhana oleh para pengembang di Indonesia telah mencapai 176 ribu unit pada Januari-Oktober 2021. Jumlah ini meningkat dari 140 ribu unit pada periode yang sama tahun lalu.

Ia menargetkan pembangunan rumah sederhana bisa nyaris tembus 200 ribu unit pada akhir tahun ini. Sedangkan untuk pembangunan rumah non-sederhana berkisar 50 ribu unit pada Januari-Oktober 2021.

"Untuk non-sederhana targetnya 60 ribu unit sampai akhir tahun, tidak muluk-muluk supaya tahun depan bisa meningkat lagi," katanya.

[Gambas:Video CNN]

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengungkapkan pasokan batu bara untuk industri semen sudah kritis, sehingga menghambat produksi. Hal ini terjadi karena harga batu bara mahal di pasar.

"Harga batu bara melonjak tajam dan disamping itu juga supply juga sangat terbatas. Sehingga produksi semen menurun," ujar Widodo.

(uli/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER