Organisasi Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) menolak seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mempercepat peningkatan produksi minyak. Seruan ini ditujukan karena harga minyak yang menanjak menyebabkan inflasi dan membebani konsumsi rumah tangga.
Arab Saudi dan Rusia memutuskan untuk tetap mengikuti rencana dengan menaikkan produksi secara bertahap. Dalam rencananya, OPEC hanya akan menaikkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari hingga Desember 2021.
"Terkait saran Amerika Serikat, kami telah berdiskusi dengan seluruh jajaran dan kami tetap meyakini apa yang kami lakukan adalah benar dan cara yang paling baik," ujar Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman seperti dikutip dari CNN, Jumat (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Biden justru menyerang balik dengan mengatakan harga gas alam dunia semakin mahal sebab negara seperti Rusia dan Arab Saudi menolak meningkatkan produksi minyak bumi.
Walau negara di dunia memperdebatkan kapan energi fosil akan dipensiunkan, anggota OPEC justru menerima banyak permintaan dari Amerika Serikat, Jepang, dan India untuk menurunkan harga minyak mentah.
Chief Commodities Economist Capital Economics Caroline Bain menjelaskan alasan negara OPEC+ tidak terburu-buru menaikkan produksi minyak, sebab produsen minyak AS justru memperlihatkan hanya akan menaikkan sedikit produksinya.
Tindakan Biden ini justru dinilai sebagai langkah politik untuk mempersiapkan pemilu Amerika Serikat pada tahun depan. Harga minyak mentah AS kini telah mencapai US$3,40 per galon, bahkan negara bagian Nevada mencapai US$4 per galon.
Lihat Juga : |
Harga gas alam juga meningkat sehingga menyebabkan kesulitan bagi masyarakat dengan penghasilan rendah.
Namun demikian, Agensi Energi Internasional (IEA) mengatakan negara di dunia harus memberhentikan produksi minyak bumi dan gas alam jika benar-benar ingin membatasi perubahan iklim di bawah 1,5 derajat celcius.
Di sisi lain, 7 negara dan 21 bank dan kota telah menandatangani perjanjian sebagai tanda keanggotaan Powering Past Coal Alliance. Negara anggota organisasi ini berkewajiban untuk memberhentikan penggunaan batu bara pada 2030 untuk negara maju dan 2040 untuk negara berkembang.
Sebagai informasi, harga minyak mentah dunia kini mencapai US$83 atau setara Rp1,1 juta per barel (kurs Rp14.347 per dolar). Bahkan Bank of America memprediksi harganya akan semakin mahal pada pertengahan tahun depan menjadi US$120 per barel.