Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengangkat Dwi Heriyanto menjadi direktur utama Perum Produksi Film Negara (PFN) atau BUMN yang dikenal sebagai produsen film Si Unyil.
"Keluarga besar Perum Produksi Film Negara mengucapkan selamat datang kepada Bapak Dwi Heriyanto yang baru saja dilantik sebagai Direktur Utama Perum Produksi Film Negara," demikian dikutip dari akun Instagram resmi PFN, @studiopfn. Sabtu (20/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi, yang sebelumnya menjabat sebagai VP Human Capital Strategic Management Telkom Indonesia, menggantikan Judith J Dipodiputro sebagai Dirut Perum PFN.
Dikutip dari profil LinkedIn miliknya, selain pernah menjabat VP Human Capital Strategic Management Telkom Indonesia, Dwi juga sempat mengemban sejumlah jabatan di Telkom Group diantaranya, GM Kandatel Solo (2007-2010), Direktur Marketing PT Administrasi Medika (anak usaha Telkom) (2011-2013), Komisaris di Telkomedika (2013-2017), Komisaris di Infomedia Nusantara (2017-2019), VP Human Capital Development (2018-2019) hingga VP Human Capital Strategic Management.
Dwi merupakan alumni Teknik Industri Universitas Indonesia (UI) (1985-1990), dan mendapat gelar master manejemen telekomunikasi UI (1998-200). Kemudian Dwi meraih gelar doktor di bidang manajemen bisnis di Universitas Padjajaran (2018).
Sebelumnya diberitakan, Menteri BUMN Erick Thohir berencana mengubah bisnis inti PFN menjadi lembaga pembiayaan film seperti di Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.
"Kami berpikir mengenai PFN ini, daripada bikin film sekarang industri film sedang berat, kenapa PFN ini tidak menjadi lembaga pembiayaan buat film? Contohnya di Korea ada, di AS ada, dan lain-lain," ujar Erick dalam acara Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional (HPN) 2021, Senin (8/2) lalu.
Saat ini, lini bisnis utama produsen serial "Si Unyil" itu adalah produksi dan distribusi film. Padahal, Erick menilai saat ini para kreator film dan sineas muda justru mengalami permasalahan dari sisi pembiayaan untuk memproduksi film, sehingga kondisi tersebut bisa menjadi fokus bisnis Perum PFN.
Di sisi lain, ia mengatakan produksi dan distribusi film tersebut hendaknya diserahkan kepada pihak swasta. Ia menilai sektor swasta memiliki kapasitas untuk memproduksi film.
"Justru di sini kami mau metamorfosis PFN menjadi lembaga pembiayaan film yang menjadi core business-nya, di mana dia fokus di financing, apakah nanti (untuk pembiayaan) film awalnya, yang paling mudah. Tapi, ke depan bisa game dan konten," jelasnya.
(sur/mrh)