Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menepis pendapat Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah yang mengatakan upah minimum buruh di Indonesia sudah terlalu tinggi.
Ia pun membeberkan data dari World Data yang menyatakan upah minimum Indonesia masih berada di bawah beberapa negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Singapura, hingga Malaysia. Namun, hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan Kamboja, Laos, hingga Myanmar.
Said pun membandingkan data tersebut dengan data yang dimiliki oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) kantor Jakarta. Menurut data ILO, upah rata-rata buruh di Indonesia hanya berada di posisi US$174 per bulan atau setara Rp2,4 juta (kurs Rp14.246 per dolar).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara negara lain memiliki upah rata-rata yang jauh lebih tinggi seperti Vietnam US$181 hingga Thailand sebesar US$259 per bulan.
Upah rata-rata tersebut hanya lebih rendah dari Kamboja sebesar US$118, Laos sebesar US$121, dan Myanmar di bawah US$100 per bulan.
"Antara data World Data dan ILO terkonfirmasi," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (22/11).
Selain itu, ia juga mempertanyakan perbandingan produktivitas buruh Indonesia yang dinilai rendah. Menurutnya, wajar saja angkanya rendah. Pasalnya, indikator yang ada dibagi dengan jumlah angkatan kerja Indonesia yang besar, belum ditambah pengangguran yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Said menambahkan perbandingan produktivitas dapat dilakukan secara sektoral, contohnya pariwisata Bali dan Phuket. Ia mengatakan Bali adalah destinasi dengan tujuan wisata 3 besar dunia, sementara Phuket hanya di posisi 20 besar, sehingga ia mengklaim produktivitas Bali lebih tinggi dari Phuket.
Namun kenyataannya, upah minimum Bali masih lebih rendah dibandingkan Phuket. "Upah minimum Bali Rp2,5 juta, sementara Bali Rp4,1 juta, produktif yang mana, ya jelas Bali, dengan upah sebesar itu jadi destinasi terbesar ketiga dunia," katanya.