Menteri ESDM Pede Industri Hulu Migas Tak Ditinggalkan Meski Ada EBT

CNN Indonesia
Senin, 29 Nov 2021 12:15 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif menilai industri hulu migas tidak akan serta merta ditinggalkan karena menjadi penyokong transisi ke energi hijau.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menilai industri hulu migas tidak akan serta merta ditinggalkan karena menjadi penyokong transisi ke energi hijau. (ANTARA FOTO/Didik Setiawan).
Nusa Dua, CNN Indonesia --

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyatakan industri hulu migas tidak akan serta merta ditinggalkan di tengah komitmen pemerintah untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT). Pasalnya, industri hulu migas merupakan penyokong pada masa transisi energi.

"Industri hulu migas tidak akan serta merta ditinggalkan karena industri ini berperan penting dalam proses transisi energi sehingga menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia," ujar Arifin saat memberikan sambutan dalam The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2021 di Nusa Dua, Bali, Senin (29/12).

Arifin mengungkapkan investasi EBT melonjak delapan kali lipat dari sekitar US$61 miliar menjadi US$501 miliar sejak 2005 lalu. Peningkatannya seiring komitmen berbagai negara untuk menekan emisi karbon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gambaran agak berbeda ditunjukkan pada hulu migas. Kendati global masih menunjukkan peningkatan tetapi tidak sebesar sektor EBT bahkan saat pandemi covid-19 investasi sempat menurun," ujarnya.

Di Indonesia, Kementerian ESDM mencatat realisasi investasi migas merosot dari US$12,9 miliar pada 2019 menjadi US$12,1 miliar tahun lalu.

Namun, Arifin mengingatkan industri hulu migas berkontribusi pada peningkatan ekonomi. Selain menyumbang penerimaan negara, sektor hulu migas juga membantu kinerja sektor penunjang seperti perbankan hingga perhotelan.

"Setiap investasi US$1 akan menghasilkan dampak 1,6 kali yang dapat dinikmati oleh industri penunjangnya," ujarnya.

Industri hulu migas juga menjadi penyokong pada masa transisi ke energi hijau. Sebagai catatan, pemerintah berencana mengganti konsumsi gas masyarakat dari liquified petroleum gas (LPG) atau gas minyak cair menjadi Dimethyl Ether (DME).

Melihat hal itu, Arifin menilai potensi lapangan migas baik konvensional dan nonkonvensional perlu digali. Proses tersebut, sambung Arifin, tidak sederhana dan membutuhkan dukungan serta kerja sama semua pihak.

Selain itu, industri hulu migas juga harus dikembangkan dengan mempertimbangkan keberlanjutan. Dalam hal ini, teknologi maju dan ramah lingkungan harus digunakan.

Dengan demikian, peningkatan produksi migas tetap sejalan dengan inisiatif rendah karbon dan target nol emisi pada 2060 yang yang menjadi komitmen Indonesia dalam Konferensi Iklim COP26 beberapa waktu lalu.

"Saya berharap industri hulu migas tetapi berkomitmen untuk tetap mendukung industri migas dengan cara kerja yang baru dan tanggung jawab penuh pada sustainabilitydan pengembangan low carbon initiatives," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]



(sfr/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER