Kementerian BUMN mengungkap utang operator bandara PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I bisa menembus Rp38 triliun. Tumpukan utang berasal dari rendahnya lalu lintas di bandara kelolaan selama pandemi covid-19.
"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka sekarang (utang) mencapai Rp35 triliun dan kalau kita rate loss bulanan mereka Rp200 miliar dan setelah pandemi utang bisa mencapai Rp38 triliun," beber Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (2/12).
Pria yang akrab disapa Tiko ini menjelaskan arus kas perseroan turut diberatkan oleh banyaknya bandara baru yang selepas peresmian disambut pandemi covid-19. Tiko mencontohkan Bandara Yogyakarta di Kulon Progo yang dibangun dengan biaya Rp12 triliun tapi sepi penumpang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka itu, ia menyebut saat ini Kementerian BUMN sedang mencari solusinya lewat restrukturisasi utang dan efisiensi. Harapannya restrukturisasi bisa diselesaikan pada Januari tahun depan.
"Ini masalah cashflow berat sekali, kami sedang restrukturisasi, moga-moga Januari bisa kami selesaikan," kata Tiko.
Pernyataan tersebut Tiko sampaikan menanggapi permintaan untuk menunda rasionalisasi sejumlah petugas keamanan (security) di bandara kelolaan AP I, Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Permintaan disampaikan oleh Anggota Komisi VI DPR I Nyoman Parta. Ia mendapat aduan dari kelompok security bandara yang terancam kehilangan pekerjaannya.