Jalan hidup untuk menjadi orang terkaya di Indonesia bisa terbuka dari mana saja. Tak terkecuali salesman alias tenaga pemasaran dan penjualan.
Begitu pula yang terjadi pada kisah Theodore Permadi Rachmat atau juga dikenal dengan Teddy Rachmat. Ia merupakan salah satu pengusaha terkaya di Indonesia saat ini.
Forbes mencatat total kekayaan Teddy saat ini mencapai US$2,9 miliar. Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp14.416 per dolar AS, total kekayaan itu mencapai Rp41,807 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Dengan jumlah harta itu, ia menduduki peringkat orang terkaya nomor 16 di Indonesia.
Namun, Teddy mendapatkan kekayaan itu setelah melewati jalan yang berliku. Mengutip berbagai sumber, Teddy lahir dari keluarga pebisnis. Pria kelahiran Majalengka pada 15 Desember 1943 silam itu memang memiliki otak yang encer.
Secara akademis, ia selalu mendapat ranking 10 besar. Ia juga cukup fasih dalam berbahasa Belanda.
Karena kecerdasannya itu, pria yang punya hobi membaca buku ekonomi bisnis, filsafat, religi serta hukum ini berhasil masuk Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) dan menjadi salah satu mahasiswa yang berhasil lulus dengan catatan waktu tercepat.
Lihat Juga : |
Selepas menyelesaikan kuliah pada 1968, Teddy langsung bergabung dengan PT Astra milik William Soeryadjaya, pamannya menjadi karyawan ke-16.
Meski perusahaan itu milik sang paman, Teddy tak langsung mendapatkan kursi empuk. Ia harus memulai karir dari nol dengan menjadi salesman penjualan alat berat.
Kegigihan dan keberhasilannya lah yang mendongkrak kinerja penjualan perusahaan akhirnya membawa Teddy ke kursi empuk. Berkat kegemilangannya, ia kemudian dipromosikan menjadi direktur PT Astra Honda Motor pada 1984 hingga CEO Grup Astra Internasional.
Di bawah komandonya, Astra terus tumbuh besar. Berkat kinerja moncer itu, William Soeradjaya menghadiahkan 5 persen saham Astra untuk Teddy.
Lihat Juga : |
Meski moncer, perjalanan Teddy bukan tanpa batu sandungan. Ia juga pernah 'terantuk batu' saat berkarir di Astra.
Teddy mengaku pernah dipecat perusahaan sebanyak dua kali walaupun tanpa menjelaskan alasannya.
Sukses di Astra tak membuat Teddy lekas berpuas diri. Pada 1998 atau sesudah 30 tahun berbakti di Astra, ia memutuskan untuk banting setir mendirikan perusahaan sendiri bernama Triputra Group.
Krisis ekonomi yang waktu itu membuat beberapa pebisnis kalang kabut, justru berhasil dimanfaatkannya dengan baik.
Lihat Juga : |
Saat itu, ia memutuskan untuk membesarkan Adira Finance, perusahaan yang dirintis ayahnya, Rafael Adi Rachmat pada 1990-an dan memasukkan modal ke Adaro. Usaha itu membuahkan hasil gemilang.
Adira berhasil tumbuh besar. Pada 2014, keuntungan Adira sudah mencapai triliunan. Adira kemudian dijual ke Danamon supaya dapat untung. Keuntungan sama juga diraup dari penanaman modal di Adaro.
Hasil dari keuntungan di Adaro itulah yang kemudian ia kembangkan untuk membangun Triputra Group. Perusahaan memiliki beberapa anak usaha yang bergerak di berbagai sektor, seperti agribisnis, karet olahan, batu bara, perdagangan, manufaktur, pertanian, dealer motor dan logistik.
Perusahaan yang didirikan Teddy tersebut cukup gemilang. Pada 2011 atau tiga tahun setelah pendiriannya, omzet Triputra telah melesat sampai dengan Rp40 triliun.