Surplus Neraca Dagang RI Turun ke US$3,51 Miliar per November 2021

CNN Indonesia
Rabu, 15 Des 2021 12:05 WIB
BPS mencatat neraca perdagangan RI surplus US$3,51 miliar pada November 2021. Lebih rendah dari surplus bulan sebelumnya, yaitu US$5,74 miliar.
BPS mencatat neraca perdagangan RI surplus US$3,51 miliar pada November 2021. Lebih rendah dari surplus bulan sebelumnya, yaitu US$5,74 miliar. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$3,51 miliar secara bulanan pada November 2021. Realisasi itu lebih rendah dibandingkan surplus US$5,74 miliar pada Oktober 2021.

Namun, lebih tinggi dari US$2,59 miliar pada November 2020. Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai US$34,32 miliar pada Januari-November 2021.

"Komoditas penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral, lemak hewan nabati, serta besi dan baja," papar Kepala BPS Margo Yuwono saat rilis data neraca perdagangan periode November 2021, Rabu (15/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Margo mengatakan surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$22,84 miliar atau naik 3,69 persen dari US$20,03 miliar pada Oktober 2021. Sementara itu, nilai impor cuma US$19,13 miliar atau naik 18,62 persen dari US$16,29 miliar pada bulan sebelumnya.

Berdasarkan negaranya, surplus dagang terjadi dari Amerika Serikat mencapai US$1,8 miliar. Lalu diikuti dari Filipina dan Malaysia, masing-masing US$801,8 juta dan US$687,8 juta.

Sementara defisit dagang terjadi pada perdagangan dengan Thailand sebesar US$405,2 juta, China US$366,4 juta, dan Australia US$345,4 juta.

Migas Topang Ekspor

Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$1,33 miliar atau naik 29,95 persen dari US$1,03 miliar. Margo mengatakan kenaikan ekspor tetap terjadi meski harga minyak mentah Indonesia (ICP) turun dari US$81,8 per barel menjadi US$80,1 per barel.

Sementara, ekspor non-migas naik 2,4 persen dari US$21 miliar menjadi US$21,51 miliar. Peningkatan ekspor didukung oleh kenaikan harga beberapa komoditas.

"Komoditas non-migas yang meningkat minyak kelapa sawit, timah, nikel, karet, dan emas," ucapnya.

Berdasarkan sektor, ekspor industri pertanian naik 4,18 persen menjadi US$430 juta, industri pengolahan meningkat 1,2 persen menjadi US$16,26 miliar, dan industri pertambangan melejit 6,51 persen menjadi US$4,82 miliar.

Berdasarkan kode HS, peningkatan ekspor terjadi di komoditas bahan bakar mineral, logam mulia dan perhiasan/permata, dan lainnya. Sementara penurunan ekspor terjadi di komoditas lemak dan minyak hewan nabati, besi dan baja, dan lainnya.

Berdasarkan negara tujuan ekspor, ekspor Indonesia meningkat ke Malaysia US$251,4 juta, Jepang US$230,4 juta, Amerika Serikat US$199,2 juta, Korea Selatan US$187,1 juta, dan Swiss US$153,5 juta.

Penurunan ekspor terjadi ke China US$515,1 juta, Taiwan US$215,9 juta, Mesir US$129,5 juta, Bangladesh US$89,9 juta, dan Pakistan US$77,1 juta.

Pangsa ekspor Indonesia tidak berubah, di mana terbanyak masih ke China mencapai US$5,41 miliar atau 25,16 persen dari total. Diikuti AS US$2,54 miliar dan Jepang US$1,64 miliar.

Secara total, ekspor Januari-November mencapai US$209,16 miliar. Jumlahnya naik 42,62 persen dari US$146,65 miliar pada Januari-November 2020.

[Gambas:Video CNN]



Impor Migas Melejit

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER