Dari sisi impor, impor migas sebesar US$19,33 miliar atau melejit 59,37 persen dari US$1,9 miliar pada bulan sebelumnya. Sementara, impor nonmigas senilai US$16,3 miliar atau naik 13,25 persen dari US$14,39 miliar.
Berdasarkan jenis barang, impor konsumsi meroket 25,89 persen menjadi US$2 miliar, impor bahan baku/penolong naik 16,41 persen menjadi US$14,33 miliar, dan barang modal tumbuh 25,17 persen menjadi US$3 miliar.
"Ini menunjukkan ekonomi domestik semakin baik dari segi konsumsi, bahan baku penolong yang mengindikasikan industri bergerak, dan barang modal untuk kapasitas produksi barang dan jasa," terang dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan kode HS, kenaikan impor berasal dari komoditas mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya, meisn dan peralatan mekanis dan bagiannya, produk farmasi, dan lainnya. Penurunan impor terjadi pada komoditas serelia, gula dan kembang gula, logam mulia dan perhiasan/permata, dan lainnya.
Berdasarkan negara asal impor, impor meningkat dari China mencapai US$1,17 miliar, Korea Selatan US$271,1 juta, AS US$117,3 juta, Thailand US$112,1 juta, dan Jepang US$98,6 juta.
Penurunan impor terjadi dari Australia US$226,4 juta, Ukraina US$166,6 juta, Swiss US$57,2 juta, Afrika Selatan US$25,1 juta, dan Finlandia US$20,6 juta.
"Impor terbesar dari China adalah mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya, mesin dan peralatan elektrik dan bagiannya, dan produk farmasi," jelasnya.
Pangsa impor Indonesia utamanya didominasi oleh China mencapai US$5,78 miliar atau setara 35,44 persen dari total impor Indonesia. Kemudian, diikuti oleh Jepang US$1,48 miliar dan Korea Selatan US$920 juta.
Secara total, nilai impor mencapai US$174,84 miliar pada Januari-November 2021. Nilainya tumbuh 37,53 persen dari US$127,13 miliar Januari-November 2020.
(uli/bir)