Keuntungan BUMN Penerima PMN di Bawah Biaya Utang Negara

CNN Indonesia
Kamis, 16 Des 2021 08:20 WIB
Menkeu Sri Mulyani menyorot tingkat pengembalian modal (RoE) 74 persen BUMN penerima PMN di bawah imbal hasil (yield) surat berharga negara. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan mayoritas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberikan suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) tidak mampu menghasilkan keuntungan di atas imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN). Ia menilai hal itu sebagai masalah serius.

"Hanya 25,60 persen BUMN kita yang bisa menghasilkan return on equity di atas yield SBN kita. Ini harus di justifikasi karena 74,40 persen mereka hasil dari ekuitasnya di bawah biaya utang kita. Ini jadi warning yang sangat serius," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI, Rabu (14/12).

Penilaian efektivitas PMN terhadap kinerja BUMN ini dilakukan sepanjang 16 tahun dari 2005 hingga 2020.

Namun demikian, Sri Mulyani melihat kinerja PMN masih memberikan dampak positif tidak langsung terhadap masyarakat melalui berbagai sektor.

Menurut perhitungan yang dilakukan Kementerian Keuangan dampak PMN terhadap masyarakat memiliki nilai Economic Internal Rate of Return (EIRR) hingga 21,05 persen. Angka ini dinilai jauh lebih tinggi dibandingkan suku bunga SBN 10 persen.

"Kami sekarang minta ada disiplin asessment tidak hanya secara keuangan tapi juga ada di ekonomi. Di sini terlihat EIRR 21,05 persen, di mana lebih tinggi dari SBN 10 persen. Jadi ada justifikasi manfaat ekonomi dibandingkan biaya uangnya, ini hal yang positif," ujarnya.

Manfaat ekonomi bagi masyarakat dapat berupa pembangunan sejumlah infrastruktur, telekomunikasi, energi, hingga perumahan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan negara.

Dari sektor infrastruktur, seperti jalan dapat memberikan nilai tambah ekonomi sekitar Rp1.500 triliun dan menyerap 20 juta tenaga kerja.

Pembangunan jaringan telekomunikasi dan informatika juga memberikan nilai tambah ekonomi sekitar Rp89 triliun dan menyerap 891 ribu tenaga kerja.

Dari sektor energi, seperti ketenagalistrikan dengan kapasitas pembangkit energi sejumlah 63.336 megawatt dapat dinikmati oleh 79 juta orang pelanggan. Sementara, dari sektor perumahan setidaknya dapat menyerap 2 juta tenaga kerja dengan kontribusi kenaikan pendapatan nasional sebesar 13,3 persen.



(fry/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK