Perusahaan jasa pertambangan dan konstruksi, PT Petrosea Tbk. (PTRO) telah menyiapkan strategi 3D, yakni diversifikasi, digitalisasi dan dekarbonisasi sebagai pilar untuk menjaga relevansi dan keberlangsungan bisnis perusahaan di masa mendatang.
Hanifa Indradjaya, Presiden Direktur Petrosea, menyebutkan pihaknya telah melihat bahwa keberadaan dan keberlangsungan perusahaan akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk secara cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi, baik di level mikro, makro, global, juga di pasar dan di industri.
"Kompleksitas yang makin mengemuka membuat keberlangsungan jangka panjang perseroan menjadi tantangan luar biasa. Perusahaan dapat sustain dan relevan dalam jangka panjang, kalau cepat mengantisipasi perubahan dan menyiapkan langkah yang tidak lagi business as usual," ujarnya dalam Public Expose 2021 yang dilaksanakan secara virtual pada Kamis (23/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, lanjutnya, strategi 3D merupakan jawaban yang tepat untuk mengantisipasi segala perubahan dan mempertahankan keberlangsungan jangka panjang perusahaan.
Diversifikasi menjadi sangat penting agar perusahaan tidak bergantung ke salah satu komoditas saja, dalam hal ini batubara, untuk menopang bisnisnya. Hanifa menyebutkan bahwa strategi berikutnya yakni digitalisasi sebetulnya berakar dari culture Petrosea sendiri, yakni operational excellence.
Dengan tantangan yang ada di industri di tengah kompetisi yang luar biasa, Hanifa mengakui bahwa pihaknya pada awalnya melihat digitalisasi sebagai salah satu alat bantu untuk mempertajam operational excellence. Namun, setelah melaksanakannya, digitalisasi membuka banyak sekali opportunity. Hal itu mendukung kemampuan perseroan untuk dapat lebih mudah dan gesit dalam melakukan diversifikasi kedepannya.
"Karena digitalisasi yang kita lakukan itu applicable untuk semua komoditas. Jadi kita dapat lebih mudah memasuki sektor dan komoditas baru dengan efektif. Kita sudah mulai mengerjakan proyek-proyek mineral dengan standar operasional yang sama, bahkan lebih baik, karena digital tools yang kita miliki," sambungnya.
Sedangkan dekarbonisasi juga merupakan bagian dari komitmen Petrosea untuk senantiasa memprioritaskan aspek environmental, social dan governance (ESG).
Kinerja Positif
Romi Novan Indrawan, CFO Petrosea, menyebutkan bahwa di tengah tantangan dan kondisi serba sulit sebagai imbas pandemi Covid-19, Petrosea justru membukukan kinerja yang positif.
Total pendapatan perseroan selama tiga kuartal pertama 2021 melompat 20,7 persen (year on year/yoy) dari US$249,9 juta per kuartal III/2020 menjadi US$301,6 juta.
Lini bisnis pertambangan memberikan kontribusi pendapatan terbesar yakni sebesar US$218,7 juta, disusul oleh bisnis rekayasa dan konstruksi senilai US$42,2 juta, dan bisnis jasa sebesar US$38,7 juta.
"Penopang utama pendapatan yang naik 20,7 persen ini dari lini bisnis pertambangan," ujar Novan.
Pada sisi bottom line, laba bersih meningkat dari US$13,2 juta per September 2020 menjadi US$14,5 juta per September 2021.
Pada tahun depan, pihaknya mempersiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$138 juta untuk menjaga kapasitas saat ini sekaligus menambah kapasitas baru.
(aor/osc)