Harga Minyak Menguat Imbas Sentimen Positif dari OPEC+

CNN Indonesia
Rabu, 05 Jan 2022 07:44 WIB
Harga minyak dunia menguat pada perdagangan Selasa (4/1), waktu Amerika Serikat (AS), berkat sentimen positif dari keputusan OPEC+.
Harga minyak dunia menguat pada perdagangan Selasa (4/1), waktu Amerika Serikat (AS), berkat sentimen positif dari keputusan OPEC+. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Agus Triyono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia menguat pada perdagangan Selasa (4/1), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi usai Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) sepakat untuk mengerek produksinya sesuai rencana pada Februari.

Keputusan itu mempertimbangkan dampak varian Omicron yang dinilai tak terlalu besar pada permintaan.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah acuan Brent naik 1,3 persen ke US$80 per barel, tertinggi sejak November lalu saat varian Omicron muncul.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate sebesar 1,2 persen ke US$76,99 per barel.

"Pasar minyak bullish hari ini sebagai imbas optimisme yang muncul dari pertemuan OPEC+ hari ini, yang membuat minyak diperdagangkan lebih tinggi," ujar Kepala Pasar Minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.

OPEC+ sepakat untuk tetap menjalankan rencana menaikkan produksi 400 ribu per barel pada Februari. Hal itu menandakan meredanya kekhawatiran terjadinya pasokan berlebih besar-besaran pada kuartal pertama.

Kendati demikian, kenaikan harga minyak masih dibayangi oleh masih merebaknya kasus varian Omicron di berbagai belahan dunia. Meski demikian, dampaknya diperkirakan tak separah varian Delta.

"Tampaknya, pasar bertaruh Omicron adalah awal dari berakhirnya Covid-19," ujar Analis ICAP Scott Shelton.

Analisi juga mengingatkan OPEC+ dapat mengubah strateginya jika tensi antara negara barat dengan Rusia terkait Ukraina memanas dan mengganggu pasokan bahan bakar. Keputusan OPEC juga bisa berubah jika pembicaraan negara barat dengan Iran terkait nuklir mengalami kemajuan.

"Kami pikir dua peristiwa ini mewakili wildcard utama yang dapat dengan cepat mengubah lintasan harga dan menguji mekanisme respons cepat OPEC," terang analis RBC dalam sebuah catatan.

Sementara itu, Kepala Ekonom Komoditas Capital Economics Caroline Bain mengungkapkan produksi Libya kemungkinan sekitar 500 ribu-600 ribu barel per hari lebih rendah dalam beberapa minggu mendatang atau melampaui rencana kenaikan bulanan produksi OPEC+.

Pada Sabtu lalu, perusahaan minyak pelat merah Libya mengatakan produksi minyak akan berkurang 200 ribu barel per hari selama seminggu karena pemeliharaan pada pipa utama. Kondisi itu menambah gangguan dua pekan lalu usai milisi memblokir operasi di ladang minyak Sharara dan Wafa.

Kendati demikian, Capital Economics berpandangan jika OPEC+ terus meningkatkan produksi dalam beberapa bulan mendatang dan pertumbuhan permintaan normal, harga minyak akan tertekan. Capital Economics memperkirakan harga Brent hanya US$60 per barel pada akhir 2022.

[Gambas:Video CNN]



(antara/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER