Menteri BUMN Erick Thohir mengklaim stok batu bara PT PLN (Persero) untuk kebutuhan pembangkit listrik aman hingga 20 hari ke depan.
"Data PLN yang dilaporkan ke saya jumlahnya sudah cukup (20 hari). Tapi kan enggak bisa cukup terus, atau nanti kurang terus. Itu yang harus sejak awal ada planning jangka panjang," jelasnya seperti dikutip dari rekaman suara yang dikirimkan Humas Kementerian BUMN ke CNNIndonesia.com, Kamis (6/1).
Ia mengaku tak mau krisis energi pelat merah kembali terjadi ke depannya. Karena itulah, ia melakukan pembenahan di PLN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu langkah pembenahan ia lakukan dengan mencopot Rudy Hendra Prastowo dari posisinya sebagai Direktur Energi Primer PT PLN (Persero) dan menunjuk Hartanto Wibowo sebagai penggantinya.
Selain itu, guna menghindari kejadian serupa kembali terulang, Erick akan mengumpulkan seluruh direksi dan komisaris PLN untuk membahas solusi jangka panjang perusahaan.
Ia juga menyatakan akan menyehatkan BUMN energi tersebut pada tahun ini, usai menyehatkan PT Pertamina (Persero), PT Pelindo (Persero), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan lainnya.
Sebelumnya, Erick mencopot Rudy dari posisinya usai terjadi krisis batu bara di badan perusahaan sentrum negara tersebut.
Erick menyebut posisi Rudy kini diisi oleh Hartanto Wibowo. Ia menyebut Hartanto adalah sosok yang top talent PLN dan baru berusia 45 tahun.
"Saya baru saja menandatangani surat pergantian direktur energi premier di PLN dengan saudara Hartanto Wibowo yang merupakan top talent PLN usianya 45 tahun," bebernya.
Erick menyampaikan bahwa dalam 1-2 hari ke depan, ia akan menugaskan Hartanto untuk segera melakukan perbaikan di PLN guna menghindari krisis energi PLN.
"Saya mengambil keputusan mengganti dan saya akan pastikan dalam 1-2 hari ke depan saudara Hartanto harus segera melakukan perbaikan-perbaikan," beber Erick.
Erick mengaku geram PLN menghadapi krisis energi akibat kekurangan pasokan batu bara, padahal RI merupakan salah satu penghasil batu bara dunia.
Ia menyebut krisis tersebut terjadi karena direksi yang menjabat tak punya rencana kerja untuk mengantisipasi menurunnya volume produksi. Padahal, lanjut dia, pada Januari 2021 telah dilakukan rapat membahas potensi kekurangan SDA yang dibutuhkan untuk listrik akibat fenomena cuaca La Nina dan banjir.
"Hal-hal yang kita alami seperti ini tidak boleh terjadi lagi, kenapa? Kita negara penghasil SDA dan kalau dilihat komposisinya pun cukup aman, banyak negara yang tidak punya SDA tidak mengalami krisis energi, artinya apa? ada sesuatu yang harus kita perbaiki," terang Erick.