PLTP Rantau Dedap Bernilai Rp10 T Mulai Beroperasi

CNN Indonesia
Jumat, 07 Jan 2022 14:55 WIB
PLTP Rantau Dedap tahap 1 berkapasitas 91,2 MW yang pembangunannya menghabiskan Rp10 triliun lebih mulai beroperasi komersil.
PLTP Rantau Dedap tahap 1 berkapasitas 91,2 MW yang pembangunannya menghabiskan Rp10 triliun lebih mulai beroperasi komersil. Ilustrasi PLTP. (ANTARA FOTO/Adwit B Pramono).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Rantau Dedap tahap I mulai beroperasi secara komersial pada 26 Desember 2021. PLTP itu memiliki kapasitas 91,2 MW dengan total investasi tahap I lebih dari US$700 juta atau Rp10,01 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS).

Supreme Energy Rantau Dedap adalah perusahaan yang dibentuk dari hasil kerja sama antara PT Supreme Energy, ENGIE, Marubeni Corporation, dan Tohoku Electric Power.

Chairman Supreme Energy Supramu Santosa mengatakan PLTP Rantau Dedap adalah proyek panas bumi yang cukup menantang mengingat lokasinya di kawasan terpencil dan dibangun saat pandemi covid-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Proyek Rantau Dedap merupakan proyek panas bumi yang sangat menantang dengan lokasi yang terpencil, medan terjal, elevasi tinggi dan konstruksi yang dilakukan di pandemi covid-19," ungkap Supramu, dikutip dari Antara, Jumat (7/1).

Menurut Supramu, PLTP Rantau Dedap adalah komitmen dari perusahaan dan semua mitra bisnis terhadap pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Hal ini khususnya mendukung pemerintah untuk mencapai transisi energi.

Ia mengatakan PLTP Rantau Dedap berlokasi di Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan.

Listrik yang bersumber dari energi hijau bebas emisi karbon ini, kata Supramu, disalurkan melalui jaringan transmisi milik PT PLN (Persero) untuk mendukung keandalan pasokan listrik di Sumatera.

Sebelumnya, Supreme Energy melakukan studi pendahuluan pada 2008 lalu. Perusahaan menandatangani perjanjian jual beli listrik (PJBL) pada 2012 dan mulai mengeksplorasi hingga 2015.

Setelah menyelesaikan proses amandemen PJBL pada akhir 2017 dan mencapai financial close pada 2018, perusahaan langsung mulai konstruksi dan pengeboran sumur pengembangan.

[Gambas:Video CNN]

Sementara, Konsorsium PT Rekayasa Industri dan Fuji Electric ditunjuk sebagai kontraktor EPC.

Sebagai informasi, Supreme Energy telah mengoperasikan PLTP Muara Laboh Unit 1 sebesar 86 MW yang dikelola oleh PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) di Provinsi Sumatera Barat. PLTP itu beroperasi sejak Desember 2019.

Dua proyek Supreme Energy selanjutnya, yakni pengembangan panas bumi Muara Laboh Unit 1 dengan kapasitas 80 MW dan eksplorasi PLTP Bumi Rajabasa berkapasitas 2x110 MW di Provinsi Lampung.

 

(aud/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER