Mendag Klaim Surplus Neraca Dagang Tertinggi 15 Tahun Berkat China

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan rekor surplus neraca perdagangan RI yang tertinggi selama 15 tahun tak terlepas dari hubungan baik dengan China.

Ia membeberkan pada tahun lalu nilai perdagangan dengan China, baik ekspor atau impor, ada di atas US$100 miliar. Walau RI masih mencatatkan defisit dagang dengan China senilai US$2,45 miliar pada tahun lalu, namun Lutfi menyebut angka tersebut merupakan defisit terkecil sejak ditandatangani China-Asean Free Trade Agreement.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik mencatat surplus neraca perdagangan RI pada 2021 menembus US$35,34 miliar atau setara Rp506 triliun (kurs Rp14.325 per dolar).

"Kita boleh bersyukur karena perdagangan kita dengan China tumbuh pesat sekali, ekspor impor di atas US$100 miliar, di mana pada tahun lalu kita negatif defisit US$2,45 miliar," kata dia dalam webinar Outlook Perdagangan 2022, Selasa (18/1).

Berkebalikan dengan China yang masih defisit, Lutfi menyebut negara penyumbang surplus dagang terbesar adalah Amerika Serikat (AS) dengan pertumbuhan nilai dagang 44 persen dari US$10,04 miliar menjadi US$14,5 miliar.

Selain AS, negara lain yang juga menyumbang surplus dagang tinggi adalah Filipina, India, dan Vietnam. Berkebalikan, negara penyumbang defisit terbesar pada tahun lalu adalah Australia, Singapura, dan China.

"Yang juga sangat menggembirakan juga perdagangan kita dengan Filipina, sepertiga barang dari US$7,33 miliar ini dari ekspor otomotif kita," imbuhnya.

Lutfi menambahkan lima produk non migas dengan pertumbuhan tertinggi tahun lalu adalah produk timah, bijih logam, besi baja, batu bara, dan produk kimia.

Sedangkan produk dengan pelemahan neraca dagangan terbesar adalah perhiasan, kopi, teh, dan rempah.