"Pembagian royalti akan beragam disesuaikan dengan kebijakan setiap platform marketplace yang digunakan," sambung Teguh.
Sementara itu, untuk membeli kripto dapat melalui platform exchange. Setelah masyarakat memutuskan ingin membeli token kripto, seperti Bitcoin, Ethereum, atau lainnya, mereka harus membuat akun di exchange tersebut untuk menukar rupiah atau mata uang lainnya dengan aset kripto.
Exchange memiliki peran sebagai perantara atau 'makcomblang' antara penjual dan pembeli aset kripto. Oleh karena itu, ia memungut sejumlah fee, seperti fee jual beli aset dan penarikan uang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teguh menuturkan NFT berhasil menghadirkan dobrakan baru terhadap dunia perekonomian digital. Kegiatan jual beli aset NFT dianggap memberi solusi terhadap masalah seniman yang karyanya rentan diplagiasi atau duplikasi.
Seni digital dalam bentuk NFT bisa menjadi alternatif bagi berbagai kalangan untuk berinvestasi di suatu karya seni.
Berinvestasi di karya seni digital tidak membutuhkan biaya yang besar. Pasalnya, investor tidak perlu memikirkan akomodasi lainnya seperti transportasi maupun ruang pajang setelah membeli karya seni.
Meski demikian, bukan berarti NFT tidak memiliki kelemahan. Penetapan nilai suatu barang di NFT dianggap tidak memiliki sistem yang jelas. Sejauh ini, popularitas pemilik orisinil aset NFT masih dianggap penting dalam menentukan nilai suatu aset NFT.
Selain itu, NFT dianggap aset yang tidak likuid. Sebab, siapa pun yang membeli NFT belum tentu akan bisa menjualnya kembali.
"Sama seperti investasi lainnya, dalam dunia NFT juga memiliki risiko yang sewaktu-waktu dapat terjadi," kata Teguh.
Berbeda dengan NFT, kripto justru memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena bisa diperjualbelikan kapan saja. Namun, ia juga memiliki risiko besar dengan konsep high risk, high return.
Senada, Pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Bitocto Milken Jonathan mengatakan perbedaan sederhana dari NFT dan kripto adalah adanya tanda tangan digital yang unik dan berbeda pada NFT. Sementara, aset kripto nilainya sama.
Ia menyebut saat ini mata uang kripto yang populer digunakan untuk jual beli NFT adalah ETH. Oleh karena itu, , pembeli NFT harus terlebih dahulu membeli ETH di Exchange yang terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
"Setelah ETH di beli, ETH dikirim ke dompet metamask atau semacamnya untuk ditransaksikan membeli NFT," ujarnya.
Menurut Milken, modal untuk membeli tergantung harga-harga NFT yang dipasarkan. Lebih populer tentu akan lebih mahal.
Terkait untung rugi, ia mengatakan kripto memiliki mekanisme sama dengan perdagangan jual beli saham dan emas.
NFT juga mirip, di mana pembeli berharap harganya apresiasi di masa depan sehingga dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.
"Atau bisa juga sebaliknya, popularitas turun dan harga juga ikut menurun bahkan sampai tidak ada pembelinya," tandasnya.