TotalEnergies 'Angkat Kaki' dari Myanmar karena Kudeta

CNN Indonesia
Minggu, 23 Jan 2022 20:55 WIB
TotalEnergies, perusahaan energi asal Prancis, memutuskan angkat kaki dari Myanmar setelah kudeta berkepanjangan dan pelanggaran HAM di wilayah tersebut.
TotalEnergies, perusahaan energi asal Prancis, memutuskan angkat kaki dari Myanmar setelah kudeta berkepanjangan dan pelanggaran HAM di wilayah tersebut. (AFP/STR).
Jakarta, CNN Indonesia --

Perusahaan energi asal Prancis, TotalEnergies, memilih angkat kaki dari Myanmar karena situasi politik dan pelanggaran hak asasi manusia memburuk setelah kudeta berkepanjangan disana.

Sejak kudeta, pasukan keamanan Myanmar telah membunuh lebih dari 1.400 orang dan menangkap ribuan orang untuk meredam perlawanan.

"TotalEnergies telah memutuskan untuk memulai proses kontraktual penarikan dari lapangan Yadana dan dari MGTC di Myanmar, baik sebagai operator maupun sebagai pemegang saham, tanpa kompensasi finansial," kata juru bicara TotalEnergies seperti dikutip dari Reuters, Jumat (21/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perusahaan mengatakan tidak menghitung dampak keuangan dari keputusan untuk hengkang. Namun, mereka menyebut bahwa Myanmar memang mewakili sebagian kecil dari pendapatan perusahaan.

"Pertimbangan keuangan tidak pernah menjadi penting dalam hal ini. Operasi kami di Myanmar berjumlah US$105 juta pada 2021, itu setara kurang dari 1 persen total pendapatan perusahaan," imbuhnya.

TotalEnergies mengatakan telah memberi tahu mitranya di Myanmar tentang penarikan perusahaan. Penarikan akan berlaku efektif paling lambat setelah periode kontrak 6 bulan.

TotalEnergies telah menjadi operator ladang gas Yadana blok M5 dan M6 di Myanmar sejak 1992 dengan mitra Unocal-Chevron, PTTEP, anak perusahaan dari perusahaan energi nasional Thailand PTT, dan grup minyak dan gas milik negara Myanmar MOGE.

Juru bicara perusahaan mengatakan PTT akan menjadi pilihan 'alami' untuk penyerahan asetnya di Myanmar. Pihaknya pun telah melakukan kontak dengan PTT mengenai hal ini.

Ladang Yadana menghasilkan sekitar 6 miliar meter kubik gas per tahun. Sekitar 30 persen yang dihasilkan dipasok ke MOGE untuk keperluan domestik.

Sedangkan, 70 persen sisanya diekspor ke Thailand untuk dijual ke PTT. "Gas ini membantu menyediakan sekitar setengah dari listrik di ibu kota Burma Yangoon dan memasok bagian barat Thailand," katanya.

[Gambas:Video CNN]



(mrh/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER