Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 99,5 poin atau 1,5 persen ke level 6.726 pada perdagangan akhir pekan lalu. Investor asing mencatatkan beli bersih atau nett buy di seluruh pasar sebesar Rp969,91 miliar.
Dalam sepekan, indeks saham sudah menguat sebanyak dua kali dan melemah tiga kali. Performa indeks meningkat sebesar 0,49 persen selama sepekan terakhir.
Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono menyebut peningkatan terjadi pada kapitalisasi pasar sebesar 1,22 persen dari 8,36 triliun menjadi Rp8,46 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, rata-rata nilai transaksi harian bursa selama sepekan mengalami penurunan sebesar 0,13 persen dari 11,52 triliun menjadi Rp11,51 triliun. Kemudian, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa juga merosot 4,65 persen menjadi 17,73 miliar saham dari 18,76 miliar saham pada penutupan pekan sebelumnya.
"Selain itu, rata-rata volume transaksi harian bursa juga mengalami penurunan sebesar 5,49 persen menjadi 17,73 miliar saham dari yang sebelumnya 18,76 miliar saham," terang Yulianto seperti dikutip dari situs IDX, Jumat (21/1).
Pengamat Pasar Modal Riska Afriani memprediksi selama sepekan ke depan, IHSG bergerak di rentang support 6.613 dan resistance 6.766. Pergerakan indeks saham akan diwarnai berbagai sentimen dari dalam maupun luar negeri.
Dari dalam negeri, kebijakan Bank Indonesia dalam mempertahankan suku bunga dapat memberikan sinyal baik untuk pemulihan ekonomi. Hal tersebut dapat menjadi sentimen positif untuk pergerakan indeks saham.
Selain itu, menurut Riska, keputusan BI yang mulai menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah pada Maret, Juni dan September mendatang merupakan hal yang tepat.
"Hal tersebut merupakan langkah yang tepat dalam menghadapi normalisasi kebijakan bank Sentral AS, Federal Reserve atau The Fed," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (23/1).
Riska juga mengatakan pemerintah harus melakukan pengetatan likuiditas untuk tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah. Ia menambahkan investor saat ini relatif sudah cukup percaya diri dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dari luar negeri, kenaikan suku bunga AS yang diumumkan lebih cepat dalam rangka menekan laju inflasi AS yang saat ini cukup tinggi, masih akan dapat menjadi sentimen negatif yang membayangi indeks.
Ia juga menyebut inflasi tahunan AS pada Desember 2021 sebesar 7 persen. Itu merupakan yang tertinggi dalam empat dekade terakhir.
Menurut Riska, lonjakan inflasi AS ini meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menaikkan bunga lebih cepat yaitu pada Maret 2022 mendatang. Selain itu, dalam sepekan ke depan investor juga masih akan wait and see rilis data ekonomi AS.
Lebih lanjut, Riska menyebut saham perbankan masih menarik perhatian investor. Sebab, saat ini pergerakan IHSG masih cukup kuat di tengah isu kenaikan suku bunga AS tadi.
"Investor asing juga terus mencatatkan beli bersih. Saran saya, investor dapat mulai lakukan akumulasi saham-saham di sektor perbankan, konsumsi, dan properti," kata dia.
Oleh karena itu, ia merekomendasikan sejumlah saham untuk dikoleksi, seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang ditutup tumbuh 0,35 persen pada pekan lalu dan bertengger di posisi 7.175.
Selanjutnya, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM yang ditutup menguat 2,61 persen pada pekan lalu dan berada di posisi 4.330.
Kemudian, untuk sektor properti, Riska merekomendasikan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang ditutup menguat 2,63 persen pada pekan lalu dan bertengger di posisi 468.
Ia juga merekomendasikan PT Bumi Serpong Damai Tbk atau BSDE yang ditutup menguat 0,52 persen pada pekan lalu ke posisi 975.
Sedangkan untuk sektor konsumsi, Riska merekomendasikan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang ditutup menguat 1,76 persen pada pekan lalu dan berakhir di posisi 8,675.
Kemudian, ia juga merekomendasikan saham emiten sektor industri, yakni PT Astra International Tbk atau ASII yang ditutup menguat 1,36 persen pada pekan lalu dan berada di posisi 5.600.
Terakhir, ia juga merekomendasikan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SMGR untuk sektor bahan baku. SMGR ditutup menguat 4,53 persen pada pekan lalu dan berakhir di posisi 6.925.
Lihat Juga : |