Harga minyak dunia kembali menguat sepanjang pekan lalu atau enam pekan berturut-turut. Penguatan terjadi lantaran gejolak geopolitik yang menambah kekhawatiran atas gangguan pasokan.
Tercatat, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik 2,4 persen dalam sepekan ke U$90,03 per barel pada Jumat (28/1). waktu Amerika Serikat (AS).
Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret sebesar 2 persen ke US$86,82 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada alasan baru untuk menjelaskan lonjakan baru harga minyak mentah: masih ada kekhawatiran tentang gangguan pasokan jika krisis Ukraina meningkat," ujar Analis Energi Commerzbank Research Carsten Fritsch dalam catatan seperti dikutip Reuters.
Ketatnya pasokan minyak mendorong kemunduran tajam struktur pasar enam bulan Brent US$6,92 per barel, terluas sejak 2013. Kemunduran terjadi ketika kontrak untuk pengiriman minyak jangka pendek dihargai lebih tinggi daripada bulan-bulan berikutnya.
Hal itu mendorong pedagang untuk melepaskan minyak dari penyimpanan untuk segera dijual.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) tengah berjuang untuk meningkatkan tingkat produksi mereka. Pasar juga bereaksi terhadap serangan di Uni Emirat Arab oleh kelompok Houthi Yaman.
Lihat Juga :REKOMENDASI SAHAM Pilihan Saham Berpotensi Cuan Pekan Pertama Februari 2022 |
Selain itu, harga mendapat dukungan dari kekhawatiran atas kemungkinan konflik militer di Ukraina yang dapat mengganggu pasar energi, terutama pasokan gas alam ke Eropa.
"Sejauh ini tidak ada gangguan pasokan di Eropa Timur, jadi dugaan premi risiko terkait ketegangan tersebut tidak begitu tinggi," kata Analis UBS Giovanni Staunovo.
Staunovo menilai beberapa investor masih lebih memilih untuk menahan eksposur mereka.
Direktur Riset Komoditas ClipperData Matt Smith menilai retorika AS yang relatif lebih lunak terhadap Rusia mungkin menyebabkan sebagian udara keluar dari ban pada reli minyak mentah.
Lihat Juga : |
Sumber Reuters menilai OPEC+ kemungkinan akan tetap dengan rencana kenaikan target produksi minyak Maret pada pertemuan Rabu (2/2) mendatang.
"Ini lantaran beberapa produsen utama dalam kelompok OPEC+, termasuk Rusia, terus berjuang untuk memenuhi kuota produksi mereka," ujar Analis Pasar Energi IHS Markit Marshall Steeves.