Indef Sorot Bank Makin Getol Serap SBN
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyorot keluarnya (crowding out) dana bank umum ke Surat Berharga Negara (SBN) hingga Rp1.000 triliun pada periode 2019-2021.
Ekonom Indef Abdul Manap Pulungan menyebut fenomena crowding out tersebut terjadi sejalan dengan imbal hasil SBN pemerintah yang kian menggiurkan, jauh di atas deposito bank. Walhasil, bank memilih mencari untung dari menyerap SBN.
"SBN yang dipegang bank mencapai Rp1.591 triliun pada 2021, yang naik cukup signifikan naik 15,67 persen dibandingkan 2020," jelasnya pada konferensi pers daring Indef, Selasa (8/2).
Ia menjabarkan porsi dana bank umum di SBN menunjukkan tren kenaikan sejak 2016 yang naik 5,27 persen dari tahun sebelumnya menjadi 29,22 persen. Tren berlanjut hingga 2021 ini dan mencapai puncaknya pada 2020 saat porsi bank mencapai 35,54 persen.
Dari sana, Abdul menghitung pendapatan bunga yang didapat bank cukup fantastis. Misal pada 2019, pendapatan bunga bank dari SBN mencapai Rp63 triliun dan naik menjadi Rp75 T di 2020.
"Di 2021 per Oktober pendapatan bunga dari SBN Rp71 triliun, jadi terlihat profil pendapatan SBN ya karena yield sangat tinggi," imbuh dia.
Ekonom Indef Eko Listiyanto mengatakan menggiurkannya yield SBN Pemerintah RI otomatis menarik dana bank yang pada akhirnya membuat porsi kredit untuk masyarakat berkurang.
Hal tersebut ironis karena sebetulnya SBN merupakan instrumen kompetitor deposito. Namun, yang terjadi bank malah menjadi pembeli besar SBN.
Jika melihat data, margin suku bunga deposito SBN baik yang 5 tahun atau 10 tahun jauh di atas deposito bank sejak 2016. Rinciannya, pada 2016-2021 margin SBN lebih tinggi 0,35 persen, 0,97 persen, 1,05 persen, 0,78 persen, 1,9 persen, dan 3,47 persen dibandingkan bunga deposito.
Sementara, untuk margin 10 tahun tercatat secara berturut-turut untuk periode sama sebesar 0,47 persen, 1,09 persen, 1,17 persen, 0,9 perseb, 2,02 persen, dan 3,59 persen.
"Implikasinya tidak ada kredit yang mengalir ke sektor riil, sedangkan PDB menghitung sektor riil, yang blunder pemerintah sendiri dengan terus mengeluarkan SBN yang pembeli utamanya adalah bank," tutupnya.