ANALISIS

Ancaman Tempe Mahal dan Gagal Pemerintah Beri Untung ke Petani Kedelai

CNN Indonesia
Kamis, 17 Feb 2022 07:20 WIB
Pengamat menyebut ancaman tahu dan tempe mahal disebabkan oleh kegagalan pemerintah memberikan kepastian keuntungan ke petani kedelai. Berikut penjelasannya.
Pengamat menyebut ancaman tahu dan tempe mahal disebabkan oleh kegagalan pemerintah memberikan kepastian keuntungan ke petani kedelai. Ilustrasi. (ARIF FIRMANSYAH/ARIF FIRMANSYAH).
Jakarta, CNN Indonesia --

Makanan wong cilik seperti tempe tahu terancam melambung tinggi harganya. Ancaman muncul setelah harga kedelai yang menjadi bahan baku utama tahu tempe naik.

Karena kenaikan itu, perajin tahu tempe di Jakarta telah memberikan sinyal akan menaikkan harga produk mereka hingga 20 persen setelah 23 Februari mendatang.

Ketua Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Sutaryo mengatakan kenaikan dapat terjadi dari semula Rp5.000 menjadi Rp6.000 per papan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semantara itu, harga tahu diperkirakan akan ikut terkerek naik dari Rp35 ribu menjadi Rp40 ribu.

Tak hanya Jakarta, kenaikan harga bahan baku tempe tahu yang tidak stabil dalam beberapa bulan terakhir membuat perajin di Bandung, Jawa Barat mengancam akan mogok produksi pada 21-23 Februari 2022.

Ketua Paguyuban Tahu Tempe di Bandung M Zamaludin mengungkapkan harga kacang kedelai telah menyentuh Rp11.500 per kilogram (Kg). Padahal, sebelumnya harga satu kilogramnya hanya sebesar Rp9.000.

Harga kacang kedelai yang melonjak tajam ia klaim memberatkan perajin dan karena mereka harus melakukan penyesuaian. Salah satunya, dengan menaikkan harga jual tahu tempe kepada konsumen.

"Kalau konsumen ketinggian harganya, kasihan korbannya konsumen juga. Kalau libur (jualan) tahu dan tempe ini lumayan banyak seperti tukang cuanki, siomay, gorengan juga mereka banyak yang libur," katanya saat dihubungi, Senin (14/2).

Ia pun berharap kepada pemerintah agar dapat membantu perajin tahu tempe untuk tetap berjualan dengan menstabilkan harga kacang kedelai bagi perajin agar tidak memberatkan pedagang serta konsumen.

Keluh kesah perajin tahu tempe rupanya terdengar hingga ke telinga anggota dewan. Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mendesak Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menstabilkan harga kedelai agar memberikan ketenangan bagi perajin dan masyarakat.

Ia khawatir harga bahan pangan yang tidak stabil dapat mengganggu lapangan kerja dan pelaku usaha, khususnya perajin tahu tempe.

Rachmat karena itu mendesak Kemendag untuk dapat mengatur stabilitas harga kedelai di dalam negeri. Lebih lanjut, ia menambahkan Indonesia sebagai eksportir seharusnya dapat menanam kedelai untuk kebutuhan dalam negeri.

Naiknya harga kacang kedelai berkesan seperti lagu lama yang diputar ulang. Pasalnya, pada awal tahun lalu saja harga kacang kedelai juga naik.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, saat itu menjelaskan gangguan cuaca dan pasokan yang terjadi di Argentina sebagai negara eksportir menjadi penyebab utama harga kedelai mahal.

Selain itu, tahun lalu, permintaan akan kacang kedelai di China yang naik akibat dibukanya kembali peternakan babi menjadi alasan lainnya.

Namun tak hanya awal tahun, kenaikan harga kacang kedelai juga terjadi menjelang Lebaran Idul Fitri 1443 H atau Mei 2021 lalu. Walau demikian, saat itu Kemendag menjamin ketersediaan bahan baku tempe tahu aman di pasaran.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengungkapkan harga kacang kedelai yang naik saat ini utamanya disebabkan oleh kedelai impor yang membanjiri pasar dalam negeri. Pasalnya, sebagian besar perajin tahu tempe memperoleh kedelai dari luar negeri.

"(Penyebab harga kedelai naik) karena 92 persen kedelai kita impor, itu kan masalahnya. Karena itu, kita sangat bergantung terhadap pergerakan harga kedelai internasional. Selama kita belum mampu penuhi atau subtitusi dengan kedelai domestik akan terus seperti ini," kata Dwi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/2).

Menurutnya, harga kacang kedelai impor saat ini telah naik hampir dua kali lipat dibandingkan sebelumnya. Dimana normalnya harga kacang kedelai hanya sebesar Rp4.400 per Kg, namun kini harganya justru telah menembus Rp8.400 per Kg.

Dengan begitu, wajar saja apabila harga kacang kedelai yang masuk ke Tanah Air bisa mencapai Rp10.000 per Kg, padahal pada 2020 harganya hanya sebesar Rp6.000 per Kg.

Pernyataan tersebut nampaknya sejalan dengan rilis Outlook Kedelai 2020 Kementerian Pertanian (Kementan). Jumlah impor kedelai tercatat selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Kementan mencatat tren impor kedelai dimulai sejak 1987, dimana impor kacang kedelai saat itu mencapai 543 ribu ton. Lalu, jumlah tersebut terus melonjak menjadi 1 juta ton pada 1993, lalu menjadi 2,2 juta ton pada 1999 dan 2,5 juta ton pada 2000.

Namun anehnya, jumlah tersebut tiba-tiba membludak hingga 5,4 juta ton pada 2012 atau naik 2.236 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Terakhir, Kementan mencatat impor kedelai mencapai 7,15 juta ton pada 2019.

Di lain sisi, jumlah ekspor kedelai tak pernah sebanding dengan jumlah impornya. Catatan terbaik yang pernah ditoreh Indonesia hanya mampu mengekspor kedelai sebesar 28 ribu ton pada 1997.

Praktis, hal ini membuat neraca perdagangan sektor komoditas kacang kedelai Indonesia selalu tercatat defisit dan tidak pernah sekalipun surplus. Negara-negara di benua Amerika menjadi penyumbang impor terbesar antara lain Amerika Serikat sebesar 36,51 persen, Argentina 36,18 persen, Brazil 23,27 persen, dan negara lain 4,04 persen.

Sementara itu, Dwi berkomentar bahwa komoditas lain seperti kacang koro yang diperkirakan dapat menggantikan kacang kedelai sebagai bahan baku tempe tahu dinilai akan sulit untuk dilakukan.

"Mau diganti kacang koro belum tentu harganya lebih murah. Contohnya masalah mocaf (modified cassava flour) mau gantikan tepung terigu, gak ada efeknya sama sekali, karena harga mocaf Rp30 ribu dan tepung hanya Rp9.000," katanya.

Lahan Khusus Kedelai

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER