Shell Tarik Bisnis dari Rusia

CNN Indonesia
Selasa, 01 Mar 2022 07:37 WIB
Shell menarik diri dari bisnis dan investasi mereka di Rusia demi mengecam kebijakan negara itu menginvasi Ukraina. Ilustrasi. (CNNIndonesia/ Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Shell Oil Company, perusahaan minyak dunia asal Inggris menarik bisnisnya dari perusahaan energi asal Rusia Gazprom. Hal ini dilakukan menyusul sanksi yang diberlakukan sejumlah negara terhadap Rusia sebagai buntut atas invasi besar-besaran yang mereka lakukan terhadap Ukraina.

Perusahaan tersebut dikabarkan akan melepas berbagai saham mulai dari 27,5 persen saham di fasilitas gas alam cair Sakhalin-2, 50 persen saham proyek ladang di Salym, serta 50 persen saham proyek eksplorasi di semenanjung Gydan di barat laut Siberia.

CEO Shell Ben Van Beurden mengatakan pihaknya menyesalkan invasi yang dilancarkan Rusia dan menyebut aksi tersebut sebagai tindakan yang tak masuk akal.

"Kami terkejut dengan hilangnya nyawa di Ukraina, yang kami sesalkan, akibat tindakan agresi militer yang tidak masuk akal yang mengancam keamanan Eropa," kata Beurden dikutip dari CNN Business, Selasa (1/3).

Sebagai informasi, Shell telah memperoleh keuntungan hingga US$700 juta atau setara Rp10 triliun (kurs Rp14.367 per dolar AS) dari usahanya di Sakhalin dan Salym.

Shell merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan pendanaan dan jaminan untuk membangun pipa Nord Stream 2 Gazprom di bawah Laut Baltik antara Rusia dan Jerman dengan nilai US$10,6 miliar.

Namun, proyek tersebut dihentikan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz pada pekan lalu.

Langkah Shell ini merupakan aksi korporasi yang mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Sebelumnya, BP juga telah melepas 19,75 persen saham Rosneft di Rusia. Analis mengatakan bahwa BP diperkirakan dapat merugi hingga US$26 miliar saat meninggalkan bisnisnya di negara tersebut.

Saat ini, terdapat beberapa perusahaan multinasional lainnya yang masih beroperasi di Rusia seperti ExxonMobil. Salah satu anak perusahaannya bahkan memiliki saham hingga 30 persen di proyek Sakhalin-1. Proyek tersebut sudah beroperasi sejak 1995 dengan mitra seperti Jepang dan India.

(fry/agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK