'Perang Putin' ke Ukraina Bikin Investor Ogah Sentuh Aset Rusia

CNN Indonesia
Selasa, 01 Mar 2022 16:13 WIB
Investor dinilai ogah menyentuha aset-aset Rusia usai serangan militer Vladimir Putin ke Ukraina. (REUTERS/Umit Bektas).
Jakarta, CNN Indonesia --

Investor sepertinya ogah menyentuh aset-aset Rusia usai serangan militer Vladimir Putin kepada Ukraina. Apalagi, invasi tersebut melahirkan serangkaian sanksi ekonomi dari negara barat untuk Rusia.

Kepala Investasi Rathbones David Coombs menilai sangat tidak mungkin dan tidak masuk akal untuk membeli aset Rusia, apapun bentuknya, pada saat ini.

Bahkan, sekelas perusahaan multinasional melakukan divestasi terhadap aset atau saham yang dimiliki di perusahaan-perusahaan di Rusia. Salah satunya, BP yang mengumumkan melepaskan hampir 20 persen sahamnya di Rosneft, BUMN minyak Rusia.

Tak cuma BP, Shell juga melepas kepemilikan sahamnya dari Rusia Gazprom. Antara lain, 27,5 persen saham di fasilitas gas alam cair Sakhalin-2, 50 persen saham proyek ladang di Salym, termasuk 50 persen saham proyek eksplorasi di semenanjung Gydan di barat laut Siberia.

Kemudian, Dana Abadi Norwegia juga mendivestasikan aset-aset yang dimilikinya di Rusia. Bahkan, perusahaan energi Norwegia Equinor bakal menghentikan investasi baru di Rusia.

S&P Ratings, perusahaan pemeringkat dunia, bahkan menempatkan surat utang Rusia dalam posisi 'sampah' pada Jumat pekan lalu (26/2).

"Akan sangat sulit untuk menjual saham Rusia Anda hari ini dan membuatnya dikonversi kembali ke mata uang dasar Anda dan membawanya pulang," kata Coombs, dikutip dari CNN Business, Selasa (1/3).

Selain itu, ada pula tuntutan yang berkembang pada manajer aset untuk mempertimbangkan etika investasi mereka. Untuk memastikan portofolio mereka sejalan dengan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Sebelumnya, beberapa negara Barat meningkatkan tekanan pada Rusia setelah invasi ke Ukraina. Seperti, AS, Uni Eropa, Inggris hingga Kanada. Mereka mengungkapkan akan mengeluarkan beberapa bank Rusia dari layanan pesan keuangan global (SWIFT) dan melumpuhkan aset bank sentral Rusia.



(fry/bir)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK