Sejumlah perusahaan finansial Rusia bergegas membuka rekening bank China. Langkah itu mereka lakukan demi menyiasati dampak sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan negara-negara lain kepada Rusia.
Seorang pekerja bank di bank pemerintah China cabang Moskow dan tahu betul tentang masalah itu mengatakan upaya itu dilakukan para perusahaan finansial ketika bisnis negara itu jatuh akibat sanksi internasional setelah invasi ke Ukraina.
"Selama beberapa hari terakhir, 200-300 perusahaan telah mendekati kami, ingin membuka rekening baru," katanya seperti dikutip dari Reuters Jumat (4/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Barat menutup ekonomi Rusia dari sistem keuangan global. Hal itu mendorong perusahaan internasional untuk menghentikan penjualan, memutuskan hubungan dan membuang investasi senilai puluhan miliar dolar dari Rusia.
Sedangkan, China telah berulang kali menantang sanksi tersebut. Mereka menilai sanksi itu tidak akan efektif efektif.
Mereka bersikeras untuk mempertahankan aktivitas ekonomi dan perdagangan yang normal dengan Rusia. Beberapa bank pemerintah China yang masih beroperasi di Moskow, termasuk Industrial & Commercial Bank of China (601398.SS), Agricultural Bank of China (601288.SS), Bank of China dan China Construction Bank (601939.SS).
China Construction Bank menolak berkomentar. Tiga bank pemerintah China lainnya juga tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.
Sampai sekarang, belum diketahui seberapa luas permintaan Rusia untuk membuka rekening baru di bank-bank China. Tetapi sumber itu mengatakan bahwa banyak perusahaan yang memembuka rekening baru melakukan bisnis dengan China.
Karena itu ia memperkirakan transaksi yuan oleh perusahaan-perusahaan tersebut akan meningkat.
FESCO Transportation Group, perusahaan transportasi dan logistik utama Rusia, mengatakan minggu ini mereka akan menerima yuan China dari pelanggan, setelah beberapa bank Rusia dikeluarkan dari sistem keuangan global SWIFT.
"Wajar bagi perusahaan Rusia untuk bersedia menerima yuan," kata Shen Muhui, kepala badan perdagangan yang mempromosikan hubungan antara Rusia dan China.
Namun, ia mengatakan eksportir kecil di China kian menderita akibat kejatuhan rubel dan karena itu banyak yang membatalkan pengiriman untuk menghindari potensi kerugian.
Maklum, mata uang Rusia menukik ke rekor terendah lebih dari 17 rubel terhadap yuan pada hari Rabu, setelah kehilangan hampir 40 persen nilainya selama seminggu terakhir.
"Perusahaan akan beralih ke bisnis yuan-rubel tetapi bagaimanapun juga, semua akan menjadi dua, tiga atau empat kali lebih mahal bagi orang Rusia karena nilai tukar antara yuan dan rubel juga berubah," kata Konstantin Popov, seorang pengusaha Rusia di Shanghai.