Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang sepertinya tak khawatir dengan invasi Rusia ke Ukraina mempengaruhi pasokan gandum yang di-impor perusahaan. Ia optimistis harga gandum tak terpengaruh karena masa panen gandum jatuh pada Juli nanti.
"Sampai hari ini, sampai bulan depan, dan dua bulan ke depan, menurut saya tidak ada gangguan kok," ujar Franciscus kepada CNNIndonesia.com Jumat (4/3).
Ia menerangkan bahwa saat ini tidak ada gandum yang diimpor dari Ukraina karena masa panen baru terjadi pada Juli hingga Agustus, sehingga tidak ada kendala impor pasokan maupun harga gandum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah ada impor dari Ukraina sejak Februari tahun lalu. Dia akan panen nanti Agustus, Juli Agustus, September. Ya hari ini sudah tidak ada gandum dari Ukraina," kata Franciscus.
Lagipula, harga bersifat spekulatif karena bergantung pada kondisi beberapa bulan ke depan pada saat panen.
Selain itu, Fransiscus juga menambahkan bahwa impor gandum Indonesia pun tidak sepenuhnya bergantung pada Ukraina.
Lihat Juga : |
"Kok pada ribut semuanya? Seolah-olah wah, memangnya hanya Ukraina? Kenaikan itu sifatnya spekulatif. Kita kan nggak tahu nanti Juli-Agustus, dan ada negara lain yang panen. Sampai hari ini saya tidak melihat adanya gangguan-gangguan cuaca terhadap tanaman-tanaman panen gandum yang berjalan," jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi memperkirakan kenaikan harga gandum akan mengerek sejumlah harga pangan mulai dari mi instan, mie ayam, dan roti-rotian.
"Kalau kita makan mi instan atau mie ayam itu sebentar lagi naik harganya karena kita sangat bergantung pada impor gandum dari Ukraina," ungkap Tulus pada acara webinar Indonesia Consumer Club (ICC) yang bertajuk Harga Minyak Yang Digoreng Langka, Selasa (1/3).