Rusia 'Ngutang' Rp1.715 Triliun ke Bank-bank Internasional

CNN Indonesia
Jumat, 11 Mar 2022 14:48 WIB
The Bank for International Settlements (BIS) mengungkapkan utang luar negeri Rusia ke bank-bank di Barat mencapai Rp1.715 triliun.
The Bank for International Settlements mengungkapkan utang luar negeri Rusia ke bank-bank di Barat mencapai Rp1.715 triliun. Ilustrasi. (Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

The Bank for International Settlements (BIS), institusi keuangan global, mengungkapkan utang luar negeri Rusia ke bank-bank di Barat mencapai US$120 miliar atau setara Rp1.715 triliun (kurs Rp14.293 per dolar AS).

Mereka mengklaim sebagian utang luar negeri tersebut berasal dari perbankan di Eropa dengan nilai mencapai US$84 miliar. Bank di Amerika Serikat juga mereka sebut memiliki piutang senilai US$14,7 miliar kepada Rusia.

Sejumlah perbankan internasional yang berbasis di Barat turut mengklaim utang yang dimaksud. Societe Generale, bank asal Prancis, juga mengklaim memiliki kredit kepada Rusia dengan nilai mencapai US$21 miliar pada akhir tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka mengklaim masih memiliki cadangan yang cukup untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

"Kami memiliki lebih dari cukup penyangga untuk menghadapi konsekuensi dari potensi skenario ekstrem, di mana kelompok itu akan kehilangan hak kepemilikan atas aset perbankannya di Rusia," kata bank tersebut dikutip dari CNN Business, Jumat (11/3).

Bank asal Prancis lainnya, BNP Paribas bahkan menyatakan pihaknya memiliki kredit kepada kedua negara yakni Rusia dan Ukraina dengan nilai US$3,3 miliar.

UniCredit Italia juga mengatakan mereka memiliki kredit kepada Rusia dengan nilai US$8,1 miliar. Walau kantor cabang mereka di Rusia dapat melikuidasi dana yang ada, namun mereka mengklaim angka tersebut hanya 3 persen dari pendapatan bank.

[Gambas:Video CNN]

Credit Suisse (CS), perbankan asal Swiss, mengatakan mereka memiliki piutang kepada Rusia sebesar US$1,1 miliar. Perbankan asal Jerman, Deutsche Bank dalam sebuah pernyataan mengatakan mereka memiliki kredit ke Rusia dengan nilai US$1,5 miliar.

Tak hanya Eropa, perbankan di AS juga memiliki piutang serupa. Pekan lalu, Citigroup mengatakan bahwa mereka memiliki kredit ke Rusia dengan nilai US$10 miliar. Manajemen perbankan mengklaim telah melakukan tes terhadap ketahanan bank, apabila pinjaman tersebut tidak dapat dikembalikan.

"Kami melakukan tes untuk mengevaluasi keadaan bank di bawah berbagai jenis skenario," kata Kepala Keuangan Citigroup Mark Mason.

Goldman Sachs, perbankan yang bermarkas di New York, juga mengungkapkan bahwa mereka memiliki kredit kepada Rusia dengan nilai US$650 juta pada Desember tahun lalu.

Goldman Sachs sendiri menjadi bank Barat pertama yang keluar dari Rusia sejak invasi ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022 lalu.

Akibat hal ini, European Central Bank tengah membahas risiko ketahanan sektor perbankan. Hasilnya, mereka mengklaim sistem keuangan Eropa memiliki likuiditas yang cukup, walau terdapat tanda-tanda kemungkinan buruk yang terbatas.

"Rusia memang penting dalam hal pasar energi dan harga komoditas. Tetapi dalam hal eksposur sektor keuangan di Eropa, Rusia tidak terlalu relevan," kata Wakil Presiden European Central Bank Luis de Guindos.

Bahkan ia dapat meyakinkan tekanan yang terjadi akibat perang Rusia-Ukraina ta sebanding dengan awal pandemi dua tahun lalu.

(fry/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER