Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,41 poin atau 0,02 persen ke level 6.923 pada perdagangan akhir pekan lalu. Investor asing mencatat jual bersih atau net sell di seluruh pasar sebesar Rp131,17 miliar.
Dalam sepekan terakhir, indeks saham menguat sebanyak dua kali dan melemah tiga kali. Sementara secara total, performa indeks melemah sebesar 0,08 persen.
Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono mengatakan dalam sepekan IHSG ditutup bervariasi. Kenaikan terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa sebesar 9,52 persen menjadi Rp21,73 triliun dari Rp19,84 triliun pada pekan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Kemudian, kenaikan turut terjadi pada rata-rata frekuensi harian bursa, yakni sebesar 0,92 persen dari 1,61 juta menjadi 1,63 juta transaksi.
Sementara kapitalisasi pasar turun 0,62 persen dari Rp8,73 triliun menjadi sebesar Rp8,68 triliun. Lalu, rata-rata volume transaksi harian bursa turun 15,49 persen dari 28,513 miliar menjadi sebesar 24,097 miliar saham pada pekan lalu.
"Investor asing pada hari ini mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp73,77 miliar dan sepanjang 2022 investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp17,5 triliun," terang Yulianto seperti dikutip dari situs IDX, Jumat (11/3).
Pelatih investasi saham dan derivatif sekaligus CEO Akela Trading System Hary Suwanda memprediksi selama sepekan ke depan, IHSG bergerak di rentang support 6.773 dan resistance 6.997. Indeks saham akan dibayangi oleh inflasi Amerika Serikat (AS) pada Februari 2022 yang mencapai 7,9 persen, tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Ia mengatakan angka inflasi tersebut sebagian besar diperparah oleh konflik Rusia-Ukraina yang mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia. Terlebih, AS juga belum lama ini mulai menerapkan sanksi larangan impor minyak Rusia.
"Angka ini sebagian besar diperparah akibat konflik Ukraina, yang mengakibatkan kenaikan harga minyak mentah," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (13/3).
Untuk mengendalikan lonjakan harga tersebut, bank sentral AS atau The Fed akan menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak pandemi covid-19 menghantam Maret 2020 lalu.
Di sisi lain, menurutnya kenaikan harga minyak tersebut akan membuat saham sektor energi akan bergerak bullish kembali. Oleh karena itu, pelaku pasar dapat mencermati saham sektor energi dan pertambangan.
Ia menuturkan sejumlah saham sektor energi yang dapat dicermati seperti PT Adaro Energy Indonesia TBK atau ADRO yang ditutup menguat 0,67 persen ke posisi 3.000 pada pekan lalu.
Kemudian, PT Indo Tambangraya Megah atau ITMG yang ditutup melemah 0,37 persen pada pekan lalu ke posisi 27.050. Selanjutnya, PT United Tractors Tbk atau UNTR yang ditutup menguat 2,89 persen ke posisi 26.700 pada pekan lalu.
Sementara, jika ada tanda-tanda konflik Rusia-Ukraina ini akan berakhir atau ada gencatan senjata kembali pada pekan ini, maka akan terjadi rotasi ke sektor lainnya, misalnya real estate.
"Tanda-tanda ini sempat terjadi pada sesi perdagangan Rabu hingga Kamis lalu," sambung Hary.
Adapun sejumlah saham yang ia rekomendasikan adalah PT Astra International Tbk atau ASII yang ditutup menguat 0,40 persen pada pekan lalu ke posisi 6.275. Ia memprediksi ASII dapat menyentuh posisi 6.650 pada pekan ini.
Selanjutnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sd Mncl Tbk atau SIDO yang ditutup menguat 3,09 persen ke posisi 1.000. Hary memprediksi SIDO dapat menyentuh posisi 1.065.
Kemudian, PT Summarecon Agung Tbk atau SMRA yang menguat 1,26 persen pada pekan lalu ke posisi 805. Ia memprediksi SMRA dapat menyentuh posisi 880.
Terakhir, ada PT Ciputra Development Tbk atau CTRA yang ditutup menguat 0,95 persen ke posisi 1.065 pada pekan lalu. Hary memprediksi CTRA dapat menyentuh posisi 1.150.