Hati-Hati, Eropa-AS Bisa Setop Investasi di RI Jika Impor Minyak Rusia
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati berencana membeli minyak mentah dari Rusia. Pasalnya, harga minyak dari negara beruang merah lebih murah di tengah konflik dengan Ukraina dan hujan sanksi dari negara barat dan Amerika Serikat (AS).
"Di saat harga sekarang situasi geopolitik, kami melihat ada opportunity untuk membeli dari Rusia dengan harga yang baik," ungkap Nicke dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Senin (28/3).
Nicke mengaku pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Bank Indonesia (BI) untuk mengimpor minyak dari Rusia.
Ia memastikan rencana ini tak akan berdampak negatif dari sudut pandang politik asalkan Pertamina membeli dari perusahaan yang tak dikenakan sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina.
"Untuk masalah ini, secara politik tidak akan masalah sepanjang perusahaan yang kami deal ini tidak terkena sanksi," jelas Nicke.
Namun, Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira punya pandangan berbeda. Ia khawatir rencana Pertamina akan membuat negara-negara di Eropa dan AS mengurangi impor dari Indonesia.
Maklum, berbagai negara di Eropa dan AS telah menjatuhkan banyak sanksi ekonomi untuk Rusia setelah menyerang Ukraina.
"Perlu mengantisipasi misalnya ketika negara-negara tujuan ekspor itu menemukan bahwa bahan baku yang dibeli oleh Indonesia mengandung minyak dari Rusia. Jadi ada konsekuensi bisa dihambat produk Indonesia masuk ke negara-negara lain," ungkap Bhima kepada CNNIndonesia.com, Selasa (29/3).
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pangsa pasar ekspor RI ke Uni Eropa tercatat sebesar 8,12 persen atau setara dengan US$1,58 miliar per Februari 2022.
Jumlahnya terbilang minoritas jika dibandingkan dengan pangsa pasar ekspor RI ke negara-negara ASEAN yang mencapai 18,92 persen atau US$3,68 miliar.
Sementara, pangsa pasar ekspor RI ke AS duduk di peringkat kedua setelah China. Jumlahnya tercatat US$2,39 miliar atau 12,29 persen per Februari 2022.
"Kalau dilihat dari Eropa kalau digabungkan besar, Uni Eropa semua ditambah AS. Jadi bisa menghambat ekspor," imbuh Bhima.
Tak hanya soal ekspor, rencana Pertamina membeli minyak dari Rusia juga akan berpengaruh terhadap minat investasi Eropa dan AS. Sebab, dua negara itu yang memberikan sanksi ekonomi paling banyak untuk Rusia.
"Bisa berpengaruh ke investasi migas di Indonesia. Perusahaan asing di negara barat lebih berhati-hati untuk investasi kilang. Jadi malas, karena Indonesia dinilai pro Rusia," ujar Bhima.