Kenaikan Harga Pertamax Ringankan Beban Pertamina

CNN Indonesia
Jumat, 01 Apr 2022 13:17 WIB
PT Pertamina Patra Niaga menyatakan kenaikan harga Pertamax menjadi Rp12.500-Rp13 ribu per liter dapat meringankan beban keuangan perusahaan.
PT Pertamina Patra Niaga menyatakan kenaikan harga Pertamax menjadi Rp12.500-Rp13 ribu per liter dapat meringankan beban keuangan perusahaan. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBMPertamax dari Rp9 ribu-Rp9.400 menjadi Rp12.500 - Rp13 ribu membantu keuangan PT Pertamina (Persero).

Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T Irto Ginting mengatakan kenaikan ini setidaknya meringankan beban keuangan perusahaan.

"Meskipun belum sampai ke harga keekonomian, setidaknya penyesuaian ini sudah mengurangi beban Pertamina," kata Irto kepada CNN Indonesia, Jumat (1/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun, harga keekonomian BBM RON 92 tercermin dari batas atas harga jual yang ditetapkan Kementerian ESDM Rp14.526 per liter.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan yang optimistis jika kenaikan harga Pertamax dari Rp9 ribu menjadi Rp12.500 akan cukup membantu keuangan perusahaan ke depannya. Terlebih, konsumsi BBM RON 92 itu cukup besar yaitu 14 persen dari total konsumsi nasional.

"Meskipun kenaikan ini belum mencapai keekonomian, tapi ini sudah sangat membantu. Perubahan Pertalite menjadi JBKP (Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan) saya kira membantu juga mengurangi beban keuangan Pertamina," kata Mamit.

Dia menambahkan, likuiditas keuangan Pertamina terutama sub holding patra niaga akan kembali membaik setelah cukup lama terseok-seok.

"Meskipun kita tidak tahu kapan piutang negara tersebut akan dibayarkan oleh pemerintah," lanjutnya.

Sementara itu, Ekonom dan Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan selisih harga Pertamax dan Pertalite yang cukup lebar yaitu hampir Rp5 ribu membuat orang beralih menggunakan Pertalite. Saat ini, Pertalite dibanderol Rp7.650 per liter.

Menurutnya, perpindahan konsumsi itu membuat beban keuangan Pertamina akan tetap besar.

"Jadi mau Pertamax dinaikkan, beban akan pindah ke Pertalite. LogikanyaPertalite disubsidi tapi kuota nya bisa melebar dan pada ujungnya Pertamina tetap perlu keluarkan dana internal karena menunggu eksekusi belanja subsidi pemerintah tentu butuh waktu, piutang subsidinya bisa naik," kata Bhima kepada CNNIndonesia, Jumat (1/4).

Pada 2020 lalu, Pertamina tidak menurunkan harga BBM nonsubsidi saat harga minyak dunia anjlok. Menurutnya, momentum itu digunakan Pertamina untuk memupuk laba dan mungkin dana cadangan untuk antisipasi kenaikan harga minyak mentah seperti saat ini.

"Artinya, kenaikan harga Pertamax tidak terlalu bantu keuangan Pertamina, karena tantangan sekarang bagaimana alokasi subsidi Pertalite cukup mengantisipasi migrasi konsumen," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]



(dzu/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER