Akar Masalah Inflasi Turki: Suku Bunga dan Imbas Perang Rusia-Ukraina
Inflasi Turki meroket gila-gilaan ke posisi 61,14 persen pada Maret 2022. Inflasi ini merupakan yang tertinggi bagi negara kawasan Eurasia tersebut dalam 20 tahun terakhir.
Melansir Reuters, Senin (4/4), ada beberapa alasan yang membuat inflasi Turki melonjak. Pertama, bank sentral Turki (Central Bank of the Republic of Turkey/CBRT) menurunkan tingkat suku bunga acuannya sebesar 500 basis poin (bps) sejak September 2021 hingga saat ini.
"Kebijakan CBRT tidak bekerja dalam melawan inflasi," ungkap Tim Ash dari BlueBay Asset Management.
Kedua, nilai tukar mata uang lira Turki merosot setelah CBRT memangkas tingkat bunga acuan. Tercatat, lira Turki berada di posisi 14,69 per dolar AS pada hari ini.
Padahal, nilai tukarnya hanya berada di kisaran 8,08 per dolar AS pada April 2021. Secara total, lira anjlok 44 persen pada tahun lalu.
Ketiga, dampak dari invasi militer Rusia ke Ukraina. Hal ini membuat harga sejumlah komoditas di pasar internasional langsung melonjak dan berdampak ke harga barang di negara yang dipimpin oleh Presiden Tayyip Erdogan itu.
Masalahnya, Turki hampir mengimpor semua kebutuhan energinya dari Rusia. Tercatat, harga bahan bakar minyak (BBM) sudah naik 13,29 persen dalam beberapa bulan terakhir. Kemudian, biaya jasa pendidikan meningkat 6,55 persen.
Secara tahunan, biaya transportasi melonjak 99,12 persen. Sementara itu, harga makanan dan minuman non-alkohol meroket 70,33 persen.
"Perang di Ukraina hanya memperburuk keadaan," tandasnya.