Rupiah Tertekan ke Rp14.365 usai Sentimen Agresif The Fed
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.365 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (11/4) sore. Mata uang Garuda melemah 4 poin atau 0,02 persen dibanding Rp14.361 per dolar AS pada Jumat (8/4).
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.370 per dolar AS atau melemah dari Rp14.365 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Di kawasan Asia, rupiah melemah bersama mayoritas mata uang lain, seperti peso Filipina minus 0,88 persen, yen Jepang minus 0,68 persen, dan won Korea Selatan minus 0,68 persen.
Lihat Juga : |
Begitu juga dengan ringgit Malaysia minus 0,14 persen, dolar Singapura minus 0,12 persen, baht Thailand minus 0,1 persen, yuan China minus 0,09 persen, dan rupee India minus 0,07 persen.
Hanya dolar Hong Kong yang menguat 0,01 persen dari dolar AS. Hal serupa terjadi di jajaran mata uang utama negara maju.
Terpantau hanya euro Eropa yang berada di zona hijau dengan menguat 0,35 persen dari dolar AS. Sementara, rubel Rusia melemah 1,3 persen, dolar Australia minus 0,28 persen, dolar Kanada minus 0,21 persen, poundsterling Inggris minus 0,04 persen, dan franc Swiss minus 0,01 persen.
Senior Analis DC Futures Lukman Leong menilai pelemahan rupiah dan sebagian besar mata uang dunia terjadi karena sentimen kebijakan moneter agresif dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Pasalnya, inflasi global yang tinggi bisa memicu The Fed untuk mengerek tingkat bunga acuan mereka. "Dolar AS masih kuat didukung ekspektasi kebijakan suku bunga agresif," ujar Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Kendati begitu, menurutnya, rupiah tidak tertekan dalam oleh sentimen ini karena punya sentimen penopang, yaitu fundamental ekonomi Indonesia yang relatif baik.
Salah satunya data penjualan ritel yang tumbuh 12,9 persen. "Ini lebih tinggi dari ekspektasi cuma 3,5 persen," pungkasnya.