Inflasi Inggris Cetak Rekor 3 Dekade Terakhir Imbas Perang Rusia

CNN Indonesia
Rabu, 13 Apr 2022 19:57 WIB
Inflasi Inggris tembus 7 persen pada Maret 2022 atau mencapai rekor tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Inflasi Inggris tembus 7 persen pada Maret 2022 atau mencapai rekor tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Ilustrasi. (Pixabay/skeeze).
Jakarta, CNN Indonesia --

Inflasi Inggris kembali menembus rekor tertinggi dalam tiga dekade ke level 7 persen pada Maret 2022. Angka itu naik dibandingkan posisi Februari 2022 yang sebesar 6,2 persen.

"Kenaikan harga membuat inflasi meningkat tajam lagi pada Maret," kata Kepala Ekonom ONS Grant Fitzner, dikutip dari AFP, Rabu (13/4).

Fitzner mengatakan salah satu faktor yang mendorong inflasi adalah kenaikan harga bensin. Lalu, harga makanan restoran dan kamar hotel juga melonjak pada Maret 2022.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, biaya meningkat tajam di seluruh dunia karena ekonomi kembali dibuka setelah pandemi covid-19. Ditambah dengan perang Rusia-Ukraina yang membuat distribusi terhambat, sehingga harga mayoritas barang melonjak.

Sedikit menengok ke belakang, ini bukan pertama kalinya inflasi Inggris menembus rekor. Pada Desember 2021 lalu, Inggris mencatatkan inflasi hingga 5,4 persen atau tertinggi dalam 30 tahun terakhir.

Sementara, inflasi di Amerika Serikat (AS) juga naik 8,5 persen per Maret 2022. Angka itu merupakan rekor dalam empat dekade terakhir.

Kenaikan harga ini membuat bank sentral di seluruh dunia mengerek suku bunga acuan. Situasi ini akan menghambat proses pemulihan ekonomi global.

Wood Mackenzie, lembaga analitik global, memprediksi ekonomi global melambat 2,5 persen pada tahun ini gara-gara perang Rusia-Ukraina. Angkanya jauh dari proyeksi IMF sebesar 4,4 persen.

Menurut Wood Mackenzie, skenario terburuk ekonomi global akibat perang Rusia-Ukraina, dimulai dari gangguan distribusi energi dan komoditas, termasuk kenaikan harga energi yang mengancam resesi ekonomi di Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Direktur Riset Wood Mackenzie Peter Martin mengatakan ekonomi global mendapat pukulan lebih besar. "Pertumbuhan ekonomi global dapat melambat menjadi 2,5 persen pada tahun ini, dan 0,7 persen pada 2023," jelas dia.

[Gambas:Video CNN]

(aud/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER