Cerita Korban 'Dibantai' Robot Trading Hingga Ratusan Juta

CNN Indonesia
Selasa, 19 Apr 2022 07:41 WIB
Sejumlah korban robot trading bercerita bagaimana mereka bisa kehilangan uang sampai ratusan juta akibat tergiur keuntungan menggiurkan. Berikut ceritanya.
Sejumlah korban robot trading bercerita bagaimana mereka bisa kehilangan uang sampai ratusan juta akibat tergiur keuntungan menggiurkan. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Angelina (bukan nama sebenarnya) kaget bukan main melihat sebagian dari petinggi DNA Pro sudah berompi oranye karena kasus penipuan.

Seketika rencananya menjadikan investasi robot trading tersebut sebagai investasi jangka panjang raib. Total asetnya di aplikasi tersebut yang sebesar US$26 ribu pun sudah tak jelas lagi.

Berdomisili di Italia, perempuan berusia 47 tahun tersebut tak menyangka kasus investasi bodong bakal menimpanya. Pasalnya, sejak bergabung pada Juli tahun lalu hingga awal 2022 keuntungan yang disetorkan masih lancar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angelina sebetulnya paham investasinya di robot trading seperti DNA Pro belum dilindungi aturan yang jelas. Pada Januari 2022, ia memang mendengar pemerintah akan mulai meregulasi investasi digital tersebut.

Di sisi lain, Founder DNA Pro pun aktif meyakinkan anggota dan terus memberikan update setiap harinya soal perkembangan regulasi yang dicanangkan pemerintah. Bukan jadi aman, dana para member malah dibekukan dan tak ada perlindungan.

"Saya terus terang engga gitu ikuti karena saya pikir aman-aman saja karena mereka update dan teman saya pun bilang aman-aman aja, sampai kaget melihat loh kok founder-nya sudah pakai baju oranye?" cerita dia kepada CNNIndonesia.com, Selasa (19/4).

Awalnya Angelina mengenal DNA Pro dari temannya. Dengan bermodal percaya, ia pun mulai menginvestasikan uangnya.

[Gambas:Video CNN]

Bermula dari coba-coba ia lalu menyetorkan dana US$1.200 atau sekitar Rp17,2 juta (kurs Rp14.356)

Karena melihat dananya terus bertumbuh dan janji cuan pasti 5 persen per minggu ditepati, Angelina pun terus menambah (top up) uangnya di sana.

Ia mengaku tak lagi tahu berapa total uangnya sendiri yang diinvestasikan dan berapa yang berasal dari profit trading. Yang jelas saldo akhirnya senilai US$26 ribu atau Rp373,2 juta. Estimasi dia, sekitar setengahnya merupakan uang dari kocek sendiri.

Tak mau cuan sendiri, ia kemudian mengajak keluarganya untuk ikut bergabung. Nahas, uang kakak dan adik Angelina pun menguap tak ada kejelasan hingga hari ini.

"Karena melihat rekening bank saya betul-betul ada masuk keuntungannya, keluarga saya juga ikut," ujar dia.

Dari pengakuan Angelina, member diberi kebebasan untuk menarik anggota baru dengan skema piramida. Namun, member tak diharuskan mengajak anggota baru sehingga ia tak mengira DNA Pro bukan investasi bodong.

Lalu, saat trading pun member bisa melihatnya secara langsung. Sayangnya, karena tak paham pergerakannya, ia hanya tahu ada saja dana yang dikirimkan ke rekening banknya.

Angelina semakin yakin karena melihat ada instansi dari pemerintah yang hadir ke acara DNA Prp dan ikut mempromosikan aplikasi. Belum lagi aplikasi diiklankan oleh berbagai pesohor Tanah Air.

Nasi sudah jadi bubur, Angelina hanya berharap dananya bisa kembali dan pemerintah cepat meregulasi robot trading sehingga hak masyarakat seperti dirinya dijamin oleh uu.

Ia menyayangkan langkah pemerintah yang membekukan dana masyarakat dan tak memberi kepastian pengembalian.

Setali dua uang dengan Angelina, uang US$3.000 atau sekitar Rp45 juta milik Robby (29) juga raib karena percaya dengan robot trading Fahrenheit. Sekitar Desember 2021 Robby memasukkan US$1.000 untuk mengetes kebenaran iming-iming cuan 1 persen per hari.

Robby tak punya prasangka buruk karena ia tak asing dengan robot trading dan dari pengalamannya di aplikasi lain pun berjalan lancar.

"Memang bener menghasilkan dan 'katanya' ada lisensi dari Asosiasi Perusahaan Penjualan Langsung Indonesia (AP2LI). Tapi ternyata sudah kejadian nol semua," beber dia.

Baru mulai berinvestasi sekitar sebulan, lanjut Robby, seluruh platform robot trading berhenti karena mendapat teguran dari Bappebti dan sejak saat itu lah mulai muncul ketidakpastian dan para member pun mulai panik.

Ia menurutkan bahwa pada awalnya pendiri Fahrenheit masih muncul dan memberi pernyataan lewat video yang menjamin dana mereka aman dan trading akan dimulai lagi pada 25 Februari.

Menurutnya, sejak 28 Februari hingga 7 Maret lalu anggota masih bisa menarik dana mereka. Namun, belum sempat mencicipi untung Rp7 juta per bulan seperti dijanjikan, dananya malah terkuras karena perubahan aturan trading.

"Di 7 Maret itu terjadi lah 'pembantaian' massal member. Kalau dalam penilaian broker itu kita anggap aman atau engga dari leverage dia, ibaratnya skema persentase trading. Jadi kita punya skema 1:400 tapi tanpa ada info jadi 1:1.000 dengan risiko paling tinggi," terang dia.

Usai trading berakhir, Fahrenheit lalu melakukan margin call. Walau panik dan sudah menduga ada kecurangan, Robby tak bisa berbuat apa-apa. Dugaannya makin kuat usai beberapa petinggi aplikasi kompak membisu.

"Berjalannya waktu si owner susah ditemui, sampai kantornya tutup. Akhirnya member bikin paguyuban BAP laporan ke Bareskrim dan alhamdulilah satu per satu mulai tertangkap," kata Robby.

Robby dkk kini hanya bisa pasrah menunggu proses hukum dan harap-harap cemas dana mereka yang mencapai triliunan rupiah bakal dikembalikan.

"Balik ke anjuran Rasul aja pokoknya dagang yang benar, itu aja," tandasnya.

(wella andany/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER