Dua Sisi Mudik: yang Ceria dan yang Terganjal Biaya Rp30 Juta ke Papua

wella andany | CNN Indonesia
Sabtu, 30 Apr 2022 13:47 WIB
Pekerja gembira karena bisa mudik lebaran lagi tahun ini setelah 2 tahun lebih tak bisa pulang karena covid. Tapi kegembiraan tak dialami pekerja di Papua.
Pekerja gembira karena bisa mudik lebaran lagi tahun ini setelah 2 tahun lebih tak bisa pulang karena covid. Tapi kegembiraan tak dialami pekerja di Papua. Ilustrasi arus mudik. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT).
Jakarta, CNN Indonesia --

"Mau mudik ke Madiun nih, tapi ke Solo dulu," jawab Abimana R (28) sembari melipat jaket anaknya yang belum genap setahun ke dalam ransel dengan wajah sumringah, pada awal pekan lalu.

THR yang sudah parkir di rekening bank Abi, akrab sapaannya, bukan satu-satunya alasan di balik raut wajahnya yang berseri-seri. Tapi, bayangan kampung halaman dan masakan ibunya lah yang menjadi pelengkap kebahagiaannya.

Sudah tak pulang dua tahun ke kampung halaman, Abi bakal pulang kampung pada Sabtu (30/4) nanti, bersama 85 juta orang lainnya yang diproyeksikan Kementerian Perhubungan mudik pada lebaran tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alhamdulilah bisa pulang seminggu, engga cukup sih sebenarnya tapi lumayan lah melepas rindu," ujar karyawan BUMN tersebut.

Rencana Abi mudik sebenarnya dadakan karena kebetulan bonus tahun lalu cair berdekatan dengan uang THR. Kebutuhan untuk terbang, sewa mobil, bagi-bagi angpao, dan lain-lain ia sisihkan dari sana, kurang lebih Rp10 juta.

Selain punya uang lebih, Abi juga pulang karena protokol kesehatan sudah diperlonggar sehingga pulang membawa keluarga tak ribet.

Segendang sepenarian dengan Abi, kegembiraan sama juga dirasakan Abdul Azis (22). Setelah bersiap mudik jauh-jauh hari, Abdul Aziz (22) akhirnya sampai ke kampung halaman di Makassar sejak 27 April.

Ia pulang usai mendatangi saudaranya di Yogjakarta seminggu sebelum keberangkatan ke tanah Sulawesi.

Seperti Abi, Abdul juga sudah tak pulang Lebaran sejak 2020 silam. Kala itu ia ia memutuskan tak mudik karena bentrok dengan sidang akhir skripsi dan fokus mencari kerja.

Sudah dapat pekerjaan di perusahaan swasta, akhirnya Abdul bisa pulang dengan bekal uang THR. "Beruntungnya THR dari kantor sudah bisa nutupin, dari mulai berangkat sampai balik lagi ke Jakarta," kata dia.

THR tersebut, lanjut Abdul, bakal dia pakai untuk bagi-bagi angpao ke saudara di Makassar dan membeli kue lebaran untuk di rumah.

Hitung-hitungan dia, butuh Rp3,2 juta untuk transportasi pulang-pergi dan Rp500 ribu untuk angpao ke sepupu yang masih kecil-kecil. Sedangkan untuk kue-kue ia sisihkan Rp200 ribuan.

Sudah diterima bekerja sebagai karyawan tetap, Abdul tahun ini bisa mudik dengan perasaan bangga. Ia mengaku tak sabar ingin menceritakan kisah hidupnya di ibu kota kepada kerabat di rumah.

"Senang banget, ini mudik pertama setelah dua tahun nggak ketemu keluarga. Selain itu, ini mudik pertama sebagai pekerja full time, jadi mulai dari biaya transportasi dan keperluan lainnya udah bisa dipenuhi sendiri, nggak perlu nggak enakan lagi pas minta ke orang tua," terang dia.

Jingkrak senang Abi dan Abdul sayangnya tak dirasakan oleh Juliarti (26). PNS Kementerian Kesehatan yang mengabdi di Fakfak, Papua Barat, itu lagi-lagi harus rela bertemu keluarga di Lebaran tahun ini hanya via video call.

Alasan dia tak bisa pulang ke kampung halaman di Singkawang, Kalimantan Barat, tak jauh-jauh dari mahalnya biaya transportasi dari Indonesia timur ke bagian barat. Meski masih masuk wilayah Indonesia, biaya transportasi yang ia butuhkan bisa lebih mahal dibanding ke luar negeri.

Dia menjelaskan biaya transportasi saja bisa lebih dari Rp5 juta per satu kali jalan dari Sorong-Jakarta dan Jakarta-Pontianak. Belum lagi biaya taksi dari Pontianak menuju Singkawang.

PP satu orang saja sudah Rp10 juta, jika pulang bersama suami, maka Juliarti harus menyiapkan Rp20 juta. Ditambah dengan biaya selama mudik, ia perkirakan biaya mudik bisa membengkak jadi Rp30 jutaan.

Selain mahal, pulang ke kampung halaman juga melelahkan, bisa memakan waktu dua hari dari Fakfak menuju Singkawang.

"Sekarang harga tiket pesawat naik, mungkin bagi orang-orang dengan kondisi ekonomi menengah ke atas harga Rp5 juta ndak seberapa, tapi kalau ekonomi pas-pasan ya lumayan," kata dia lesu.

Harapan makan bubur pedas di kampung halaman tampaknya harus ia kubur sementara waktu ini karena uang THR ia putuskan akan digunakan untuk kebutuhan orang tua di kampung.

"Sejak ke sini engga pernah pulang lebaran, tahun-tahun lalu engga ada cuti bersama," beber dia.

Malas Berdesakan dan Macet

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER