Jakarta, CNN Indonesia --
Pengusaha makanan rasa-rasanya harus menelan pil pahit pada momen Ramadan tahun ini.
Mereka yang biasanya mengantongi cuan selangit dari kenaikan permintaan masyarakat, kini hanya meraih untung tipis di tengah lonjakan harga pangan dan euforia mudik.
Puji Dewi, pengusaha katering di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten mengaku omzet yang ia kantongi jeblok hingga 20 persen dibandingkan Ramadan tahun lalu. Hal ini lantaran banyak pelanggan yang memilih pulang kampung, sehingga jumlah pesanan turun drastis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Katering saya lebih ramai tahun lalu karena tahun ini banyak (langganan) yang pulang kampung, mudik. Kalau tahun lalu kan covid-19, nggak ke mana-mana. Jadi turun 20 persen," ungkap Puji kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/4).
Sudah jatuh ketiban tangga, Puji yang sudah kehilangan banyak pelanggan juga harus menambah biaya operasional karena harga pangan, khususnya minyak goreng naik signifikan.
Meski telah berusaha mengakali kenaikan harga pangan dengan mengurangi menu gorengan ke makanan lain yang tak memerlukan banyak minyak goreng, tapi Puji mengaku biaya operasional tetap tinggi.
"Soal minyak goreng, ini bisa diantisipasi dengan mengurangi menu gorengan. Tapi ketika pada akhirnya bahan pokok hampir semuanya naik, ya susah," kata Puji.
Setelah dihitung-hitung, keuntungan bersih bisnis katering Puji jeblok 15 persen karena kenaikan biaya operasional dan penurunan omzet.
Yang jadi masalah, bisnis katering ini merupakan pemasukan utama bagi keluarga Puji. Kalau dibiarkan, maka akan mempengaruhi kebutuhan keluarga ke depannya.
Untuk itu, Puji berniat menaikkan harga katering jika bahan pangan masih mahal setelah Lebaran. Namun, ia mengaku belum menghitung berapa kenaikan yang tepat untuk menutup biaya operasional.
"Ya mau nggak mau, harga akan kami naikkan, meski untuk sementara ini belum, tapi rencana sudah ada. Nanti masih mau dibicarakan dengan keluarga dulu," ujar dia.
[Gambas:Video CNN]
Tak hanya Puji, euforia mudik dan kenaikan harga pangan juga berdampak ke bisnis reseller kue kering milik Azzariah yang berdomisili di Cinere, Depok. Akibatnya, realisasi penjualan turun 5 persen pada tahun ini.
"Karena orang-orang pada mudik jadi mungkin budget-nya lebih prioritas buat mudik. Sementara kue saya ready-nya dekat Lebaran, jadi orang-orang takut keburu mudik," tutur Azzariah.
Kendati begitu, ia mengaku keuntungannya tidak turun. Sebab, ia telah menaikkan harga jual ke pelanggan.
Kenaikan mau tidak mau harus dilakukan karena harga jual dari produsen juga meningkat. Maklum, harga tepung, telur, hingga keju ikut menanjak dalam beberapa waktu terakhir.
"Karena harga bahan pada naik jadi strateginya dinaikkan juga harganya, karena harga dari seller naik, jadi saya menaikkan juga harganya agar tetap dapat untung," ucap Azzariah.
Azzariah mengungkapkan kenaikan harga berkisar 5 persen sampai 8 persen. Besaran ini sesuai dengan kenaikan dari produsen kue kering.
Tak hanya itu, biaya jasa antar paket juga naik sekitar 10 persen. Hal itu sempat membuat Azzariah pusing.
Beruntung, ia bisa mengakali situasi ini dengan penawaran potongan harga kirim paket jika melalui pembelian bundling voucher.
Misalnya, dengan membeli voucher seharga Rp30 ribu, ia bisa mendapat lima voucher potongan harga senilai Rp10.000 per pengiriman untuk mengantarkan pesanan kue.
"Saya beli voucher Grab gitu biar murah," ujar Azzariah.
Bebankan Konsumen
Tak hanya membebani pengusaha makanan, kenaikan harga pangan juga menguras kantong konsumen. Salah satunya Sujiwo, pekerja bidang konstruksi yang tengah dinas di Palu, Sulawesi Tengah.
Kebetulan, tuntutan kerja membuatnya harus menyewa kamar kos di kota tersebut. Sementara untuk urusan perut, ia memilih berlangganan katering di dekat kos.
"Awalnya harga cukup pas sama kantong, tapi sekarang jadi naik, katanya karena harga-harga pada naik," kata Sujiwo.
Biasanya, ia menghabiskan dana Rp100 ribu untuk tiga kali makan sehari. Tapi kini, ia harus membayar Rp115 ribu untuk tiga kali makan sehari.
"Naiknya Rp15 ribu, tapi kalau ditotal seminggu jadi Rp75 ribu, sebulan Rp300 ribuan, kan lumayan ya budget makan jadi bengkak," ucapnya.
Atas kondisi ini, Sujiwo mengaku ingin coba cari langganan katering baru yang harganya lebih pas di kantong. Opsi lain, katanya, bisa juga membeli makan di tempat lain.
"Ya mau segera cari yang lain sih yang lebih murah," tutup Sujiwo.
[Gambas:Video CNN]