The Fed mencatat utang konsumer Amerika Serikat (AS) melonjak 14 persen menjadi US$52,4 miliar atau setara Rp733,6 triliun (asumsi kurs Rp14 ribu per dolar AS) per Maret 2022.
Mengutip CNN Business, Senin (9/5), utang konsumer utamanya berasal dari kartu kredit yang meningkat 21,4 persen.
Kepala Analis Kredit untuk Lending Tree Matt Schulz mengatakan kenaikan utang didorong oleh dua faktor. Pertama, pengeluaran rumah tangga melonjak setelah aturan lockdown dicabut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, sejumlah masyarakat yang kekurangan uang beralih ke kartu kredit untuk membayar kebutuhan dasar yang harganya semakin mahal.
"Peningkatan utang kartu kredit bisa menjadi tanda kepercayaan atau bisa jadi tanda kekhawatiran. Saya pikir kita melihat keduanya secara bersamaan sekarang di negara ini," ucap Schulz.
Sementara, ia menilai warga AS akan kesulitan membayar utang kartu kredit karena inflasi terus meningkat tajam.
Meski pendapatan rata-rata karyawan naik 5,5 persen, tetapi biaya hidup masyarakat AS semakin mahal seiring dengan kenaikan harga makanan dan gas.
Terlebih, The Fed baru saja menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin atau 0,5 persen bulan ini. Dengan demikian, suku bunga kartu kredit, mobil, hingga rumah akan ikut meningkat.
Alhasil, beban biaya rumah tangga juga meningkat sejalan dengan kenaikan bunga kredit tersebut.
"Semua utang baru yang dimiliki orang Amerika ini hanya akan menjadi semakin mahal dalam beberapa bulan mendatang," tutup Schulz.
(tdh/aud)