Harga Komoditas dan Pelonggaran PPKM Dongkrak Ekonomi Kuartal I
Sejumlah ekonom menilai pertumbuhan ekonomi yang tembus 5,01 persen pada kuartal I 2022 utamanya didorong oleh lonjakan harga komoditas dan kebijakan pelonggaran PPKM atau mobilitas masyarakat.
Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan harga batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) naik di pasar internasional beberapa waktu terakhir.
"Kinerja ekspor dan investasi yang berkaitan dengan sektor pertambangan serta perkebunan mampu mendorong pemulihan ekonomi," ungkap Bhima kepada CNNIndonesia.com, Senin (9/5).
Selain itu, konsumsi rumah tangga juga terus meningkat setelah pemerintah melonggarkan mobilitas masyarakat di tengah penurunan kasus covid-19.
"Konsumsi rumah tangga perlahan menunjukkan pemulihan karena ada pelonggaran mobilitas, terlihat dari sektor transportasi dan pergudangan mencatat pertumbuhan yang tinggi," jelas Bhima.
Meski begitu, Bhima mengatakan tantangan ekonomi akan lebih kompleks ke depannya. Sebab, lonjakan harga komoditas berpotensi memicu inflasi di dalam negeri.
"Kenaikan harga komoditas memang memberikan surplus neraca dagang tapi kalau tidak diantisipasi harga komoditas yang naik akan berimbas ke inflasi pangan maupun energi," terang Bhima.
Belum lagi kenaikan suku bunga acuan di sejumlah negara. Jika bank sentral Indonesia ikut-ikutan mengerek suku bunga, maka bunga perbankan ikut meningkat dan beban masyarakat bertambah.
Lalu, konflik antara Rusia dan Ukraina dan lockdown di China akan mengganggu rantai pasok beberapa kebutuhan impor industri Indonesia. Alhasil, Bhima pesimistis pertumbuhan ekonomi RI tetap di sekitar 5 persen hingga akhir 2022.
"Belum tentu pertumbuhan 5 persen akan berjalan terus pada kuartal berikutnya," ujar Bhima.
Ia memproyeksi ekonomi RI hanya tumbuh 4,5 persen-4,9 persen sepanjang 2022.
Senada, Peneliti Indef Mirah Midadan menilai realisasi pertumbuhan ekonomi didorong oleh pelonggaran mobilitas masyarakat sejak awal tahun ini.
"Angka realisasi pertumbuhan saat ini memang sejalan dengan kebijakan pelonggaran mobilitas dan penurunan angka kasus covid-19," ucap Mirah.
Ketika pemerintah melonggarkan mobilitas masyarakat, sambung Mirah, aktivitas perdagangan mikro mulai hidup kembali. Dengan demikian, ekonomi kembali berputar.
Selain itu, kenaikan harga sejumlah komoditas turut mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022. Hal itu khususnya komoditas sektor perkebunan dan pertambangan.
"Tren ekspor komoditas juga semuanya membaik, khususnya dari perkebunan dan pertambangan," jelas Mirah.
Namun, ia juga mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai potensi lonjakan inflasi. Hal ini akan mempengaruhi daya beli masyarakat ke depannya.
"Tantangan selanjutnya ada pada angka inflasi dan situasi eksternal, seperti invasi Rusia dan Ukraina," ucap Mirah.
BPS mencatat ekonomi RI tumbuh 5,01 persen pada kuartal I 2022. Realisasi ini berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi 0,74 persen.
Lihat Juga : |
Realisasi ini sesuai dengan ekspektasi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi tembus lebih dari 5 persen pada kuartal I 2022.
"Untuk pertumbuhan ekonomi diharapkan kuartal I 2022 cukup baik sekitar 5 persen atau di atas 5 persen," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Senin (28/3) lalu.
Namun, ia tak menampik pihaknya sedang mewaspadai gejolak harga pangan dan energi, serta potensi lonjakan inflasi yang akan menekan sektor keuangan di global.
(aud/bir)