SoftBank mencatat rugi bersih senilai 1,7 triliun yen Jepang atau setara Rp192,1 triliun (asumsi kurs Rp113 per yen) pada kuartal I 2022.
Mengutip AFP, Kamis (12/5), kerugian ini berbanding terbalik dari posisi akhir 2021 yang, di mana SoftBank mencatatkan laba bersih sebesar 4,99 triliun yen atau Rp563,87 triliun.
SoftBank merugi karena kegagalan investasi di Vision Fund. Hal terjadi karena harga saham perusahaan anjlok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini terjadi saat bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuan mereka untuk mengatasi tingginya laju inflasi. Total kerugian investasi di Vision Fund diperkirakan mencapai 3,4 triliun yen atau Rp384,2 triliun.
Analis Senior Toyo Securities Hideki Yasuda mengatakan SoftBank harus mematangkan rencana investasi mereka untuk jangka panjang.
"Penting bagi investor (seperti SoftBank) untuk memikirkan apa yang mungkin terjadi dalam 20 tahun," ungkapnya kepada AFP.
Selain itu, kerugian juga muncul karena pembatasan Pemerintah China terhadap mitra mereka, Didi Chuxing dan Alibaba. Menurut Yasuda, hal ini membuat SoftBank butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih.
"Mereka harus menerima pasang surut dalam jangka pendek," ujar Yasuda.
Sebelumnya, SoftBank mencatat kerugian sebesar 961,6 miliar yen atau Rp108,66 triliun pada 2019-2020 karena beberapa perusahaan teknologi di bawah grup tidak berjalan maksimal, seperti Uber, WeWork, dan lainnya.
Namun, perusahaan yang dipimpin Masayoshi Son itu berhasil bangkit pada 2021. Hal ini terbantu oleh penjualan chip pembangkit tenaga listrik Arm ke Nvidia mencapai US$40 miliar.
(uli/aud)