Shell menjual 411 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan pabrik pencampuran pelumas di Rusia ke Lukoil, perusahaan energi asal negara beruang merah.
Mengutip CNN.com, Kamis (12/5), pabrik tersebut terletak di Torzhok, sekitar 200 kilometer dari Moskow.
Bersamaan dengan penjualan bisnis ritelnya, Shell juga akan mengalihkan para pekerja ke Lukoil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan kesepakatan ini, lebih dari 350 orang yang saat ini dipekerjakan oleh Shell Neft akan dipindahkan ke pemilik baru bisnis ini," kata Direktur Hilir Shell Huibert Vigeveno.
Penjualan ini merupakan wujud keseriusan Shell yang akan hengkang dari pasar Rusia. Hal ini dilakukan karena Rusia melancarkan perang ke Ukraina sejak Februari 2022.
Namun, belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai nilai dari pengalihan bisnis ini. Namun yang pasti, pengalihan ini diharapkan selesai pada akhir 2022.
Sebelumnya, Shell mengatakan akan angkat kaki dari Rusia secara bertahap. Perusahaan migas multinasional itu sempat memberi estimasi bahwa kepergian mereka dari pasar Rusia akan memberi kerugian senilai US$5 miliar.
Tak hanya Shell, sejumlah perusahaan dunia juga mengaku bakal pergi dari Rusia karena tak setuju dengan invasi Ukraina. Salah satunya Siemens.
"Kami bergabung dengan komunitas internasional dalam mengutuk perang di Ukraina dan fokus untuk mendukung rakyat kami dan memberikan bantuan kemanusiaan," kata CEO Siemens Roland Busch.
"Hari ini, kami mengumumkan keputusan kami untuk melakukan proses tertib untuk menghentikan kegiatan bisnis industri kami di Rusia," kata Busch.
(uli/aud)