Menurut Heru, ke depan startup dengan level menengah akan rontok. Terlebih jika perusahaan rintisan itu tidak bisa survive atau menjadi unicorn.
Artinya, gelombang PHK startup dalam skala besar maupun kecil akan sering terjadi.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan pandemi covid-19 ibarat dua sisi mata uang bagi industri startup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pandemi adalah momentum tumbuhnya startup dengan sangat cepat. Tetapi di sisi lain bisa mendorong startup kembali seperti kondisi sebelum pandemi atau lebih buruk.
Selain dipicu pandemi, penomena layoff yang terjadi pada startup juga merupakan dampak dari kenaikan suku bunga The Fed.
"Investor Internasional menghitung kembali biaya investasi-investasi di startup. Karena keuntungan para startup bersifat long term tetapi cost of money sifatnya continue, belum lagi risiko investasi pada startup sangat tinggi," jelas Dianta.
Selain itu menurunnya tren IPO industri startup baik di luar negeri maupun dalam negeri, membuat para investor menghitung kembali potensi keuntungan yang akan didapat setelah mendorong startup untuk IPO.
Lihat Juga : |
Tak ayal, ia memprediksi hingga tahun depan PHK masih akan terjadi di industri startup.
"Para startup akan melakukan efisiensi besar-besaran agar bisa bertahan minimal 20 tahun. Jadi harus pintar mengelola sumber daya yang ada. Kurangi biaya sambil terus mendapatkan keuntungan bersih," katanya.
Sebelumnya, langkah PHK karyawan diambil sejumlah startup beberapa waktu terakhir. Startup pendidikan Zenius Education mem-PHK 200 orang karyawan.
Kemudian, Link Aja melakukan reorganisasi dan berujung pada PHK. Tanihub juga melakukan PHK dan menghentikan semua layanan business to consumer dan mulai fokus pada sektor business to business, menjadi pemasok untuk hotel, restoran, catering, dan cafe.
Lihat Juga : |
Ada juga startup di bidang furniture, Fabelio. Selama pandemi penjualan furniture turun drastis hingga Fabelio harus meminta puluhan karyawan untuk mengundurkan diri.
JD.ID juga melakukan upaya perbaikan manajemen berujung PHK demi bisa beradaptasi dengan dinamika pasar ecommerce di Indonesia.
Menyusul langkah perusahaan-perusahaan rintisan tersebut, Mobile Premier League (MPL) platform gim menyatakan pamit dari Indonesia.
Keputusan pamit itu juga diiringi dengan merumahkan 100 orang karyawannya.