Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.480 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Kamis (2/6) sore. Mata uang Garuda menguat 54 poin atau 0,37 persen dibanding Rp14.534 per dolar AS pada Rabu (1/6).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.526 per dolar AS atau menguat dari Rp14.592 per dolar AS pada Selasa kemarin.
Mayoritas mata uang negara Asia tampak melemah, seperti baht Thailand minus 0,03 persen, ringgit Malaysia minus 0,24 persen, rupee India minus 0,03 persen, dolar Singapura minus 0,12 persen, peso Filipina minus 0,56 persen, dan won Korea Selatan minus 0,50 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, yen Jepang berhasil menguat 0,20 persen, yuan China naik 0,15 persen, dan dolar Hong Kong terangkat 0,02 persen.
Sementara, mayoritas mata uang negara maju berada di zona hijau, seperti franc Swiss menguat 0,39 persen, euro Eropa naik 0,37 persen, poundsterling Inggris naik 0,38 persen, dan rubel Rusia menguat 0,17 persen. Di sisi lain, hanya dolar Kanada yang melemah 0,01 persen.
Senior Analis DC Futures Lukman Leong melihat nilai tukar rupiah menguat karena sentimen risk on di bursa saham melemahkan dolar AS dan meningkatkan permintaan pada aset dan mata uang berisiko.
Dari dalam negeri, data inflasi Mei yang lebih rendah dari ekspektasi juga mendorong penguatan rupiah.
"Saya juga lihat memang secara fundamental rupiah masih solid didukung oleh surplus perdagangan dengan harga CPO yang kembali mencapai rekor. Ekspektasi ke depannya masih sangat bagus," kata Lukman.