ANALISIS

Mengukur Ketahanan Startup di Tengah Modal Seret

CNN Indonesia
Jumat, 03 Jun 2022 07:41 WIB
Pengamat membeberkan sejumlah langkah yang dapat dilakukan startup untuk bisa bertahan di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Berikut ulasannya.
Pengamat membeberkan sejumlah langkah yang dapat dilakukan startup untuk bisa bertahan di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Ilustrasi. (Istockphoto/ismagilov).
Jakarta, CNN Indonesia --

Perkembangan era digital menjadi peluang bagi pemilik ide dan modal untuk mendirikan perusahaan rintisan (startup) berbasis digital yang mampu menjadi solusi masalah masyarakat selama ini.

Contohnya, ketika kita berpergian dan ingin menyewa hotel. Jika dulu kita melakukan reservasi hotel jauh-jauh hari agar tidak kehabisan kamar, kini platform sewa hotel online memudahkan masyarakat ketika berpergian.

Peluang mendirikan perusahaan rintisan berbasis digital juga pernah digembar-gemborkan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin dalam debat calon presiden dan wakil presiden.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu mereka berjanji, jika terpilih akan lahir 3.500 perusahaan rintisan atau startup di Indonesia hingga 2024.

Namun, janji hanyalah janji. Startup memang tumbuh di Indonesia, namun mampukah mereka bertahan?

Dalam sepekan terakhir, publik disuguhkan dengan berita tentang PHK yang terjadi di industri startup.

Dugaan pemicunya beragam mulai dari aliran modal yang mulai seret, arus kas (cashflow) yang menipis hingga perombakan dalam organisasi.

Direktur Eksekutif ICT Indonesia Heru Sutadi menjelaskan sebetulnya industri startup masih mampu bertahan di Indonesia meski kondisi ekonomi belum sepenuhnya pulih.

"Dengan kondisi sekarang ya kita masih berharap startup bisa tumbuh jadi unicorn atau bahkan decacorn," kata Heru kepada CNNIndonesia.com, Kamis (2/6) malam.

Menurutnya, jika sekiranya aliran modal dan cashflow tidak memadai, hal yang bisa dilakukan oleh pendiri startup adalah dengan melakukan IPO. Cara lain untuk survive yaitu efisiensi dan reorganisasi.

"Dengan situasi investasi yang seret, dan kalau tidak bisa survive maka dalam 1-2 tahun ini akan banyak yang PHK karyawan dalam skala besar dan kecil. Bila tidak bertahan sampai 2024 maka startup akan gugur atau tumbang," lanjutnya.

Opsi lain adalah dengan melakukan merger. Heru memperkirakan, dalam satu sektor setidaknya maksimal hanya ada tiga hingga empat pemain. Ia mencontohkan seperti di sektor transportasi online, hanya ada Gojek dan Grab. Sisanya perlahan mulai gulung tikar dari Indonesia.

"Lebih dari itu sebaiknya merger dengan pemain sejenis atau yang butuh penguatan ekosistem. Setidaknya dengan begitu bisa kuat menghadapi persaingan," katanya.

Ketua umum iDEA Bima Laga menjelaskan sebetulnya pola modal dan pengaturan cash flow perusahaan startup digital tidak jauh berbeda dengan perusahaan konvensional lainnya.

" Untuk perusahaan pemula, tentu permodalannya masih terbilang rapuh. Berbeda dengan perusahaan digital yang sudah besar. Jika pun ada masalah dengan cash flow, mereka hanya harus cukup cepat dan tepat dalam memperbaiki strategi bisnis," kata Bima.

Ia meyakini, sejauh ini, industri startup masih sangat potensial untuk tumbuh lebih besar ke depannya. Bima mencontohkan seperti Google-Temasek yang menunjukkan potensi pertumbuhan yang masih sangat panjang.

"Masih bisa panjang perjalanan industri digital Indonesia," lanjutnya.

Menurutnya, PHK yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah pertanda runtuhnya era startup.

Pasalnya, layoff adalah hal yang wajar tidak hanya di startup, tetapi juga di perusahaan konvensional lainnya.

"Saat ini yang terjadi hanyalah dinamika usaha. Pasang surut dalam berusaha itu terjadi di semua sektor, yang tidak terkena dampaknya juga ada," lanjutnya.

Laporan agregator layoff.fyi menyebutkan sepanjang Mei 2022, industri startup secara global telah melakukan PHK kepada 15 ribu orang karyawan.

Beberapa perusahaan startup global yang melakukan PHK, yaitu Vtex, PayPal, Bolt, FrontRow, dan Snap. Di Indonesia sendiri, tercatat sudah ada beberapa startup yang melakukan PHK.

Di antaranya, dompet digital LinkAja yang melakukan reorganisasi dan berujung pada PHK. Kemudian, startup pendidikan Zenius Education yang mem-PHK 200 orang karyawan.

Platform belanja makanan segar Tanihub juga melakukan PHK dan menghentikan semua layanan business to consumer dan mulai fokus pada sektor business to business, menjadi pemasok untuk hotel, restoran, catering, dan cafe.

Ada juga startup di bidang furnitur, Fabelio. Selama pandemi penjualan furnitur turun drastis hingga Fabelio harus meminta puluhan karyawan untuk mengundurkan diri.

JD.ID juga melakukan upaya perbaikan manajemen berujung PHK demi bisa beradaptasi dengan dinamika pasar e-commerce di Indonesia.

Menyusul langkah perusahaan-perusahaan rintisan tersebut, Mobile Premier League (MPL) platform gim juga menyatakan pamit dari Indonesia. Keputusan pamit itu juga diiringi dengan merumahkan 100 orang karyawannya. Begitupun dengan edtech Pahamify yang juga melakukan PHK terhadap karyawannya.

[Gambas:Video CNN]



 

(dzu/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER